Ahad 27 Nov 2016 17:42 WIB

Ini Kata Imam Masjid di Gaza Setelah Menerima Bantuan Muslimin Indonesia.

Pelangi muncul diatas sebuah masjid di Beit Lahiya, Gaza, Selasa (25/11).    (EPA/Mohammed Saber)
Pelangi muncul diatas sebuah masjid di Beit Lahiya, Gaza, Selasa (25/11). (EPA/Mohammed Saber)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Lebih dari 10 tahun warga Gaza mengalaminya blokade dan terisolasi. Berbagai sektor kehidupan pun merasakan imbasnya. Salah satunya sektor ekonomi. Keadaan ini diperparah dengan penutupan pintu perlintasan Rafa, yang selama ini, menjadi satu-satunya perlintasan warga Gaza untuk masuk dan keluar Gaza.

Gaza, sebuah wilayah seluas 360 km persegi dan dihuni oleh 1,8 juta jiwa. Hal ini menjadikan Gaza sebagai wilayah urban terpadat di dunia. Perang dan blokade yang berkelanjutan, menjadikan penduduk Gaza sangat bergantung pada negara-negara donor, termasuk Indonesia. Perang dan blokade juga berdampak pada tidak tersedinya lapangan pekerjaan. Tingginyanya angka pengangguran pun tak terelakkan. Tak terkecuali para sarjana.

Keterpurukan hidup terus membayangi warga Gaza baik dari sisi ekonomi, kesehatan, keamanan, politik, dan lain-lain. Semua ini diperparah dengan dengan berbagai krisis pada bidang-bidang tersebut, salah satunya adalah krisis listrik. Krisis listrik di Gaza tidak hanya dirasakan di rumah sakit, rumah warga atau bangunan lainnya, namun masjid pun merasakan dampak krisis ini.

"Jujur, banyak orang dan NGO yang tidak mengetahui bahwa kami sedang mengalami krisis bahan bakar. Sebagai takmir masjid, kami sangat kesulitan saat bahan bakar genset kami kosong. Kami selalu meminta sumbangan kepada para jamaah masjid, khususnya pada Jumat," kata Imam Masjid Quba di Khan Yunis, Gaza Selatan, Palestina.

Imam Masjid Quba Kota di Jabalia, Gaza Utara, juga mengungkapkan hal serupa saat bertemu dengan Abdillah Onim. "Afwan Akhi, jika sudah ganggu antum. Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih atas bantuan solar berapa minggu sebelumnya. Namjn, saat ini ,kami kembali alami krisis bahan bakar. Sudah 10 hari azan di Masjid Quba tanpa menggunakan pengeras suara. Maka kami mohon, sekiranya ada bantuan, tolonglah alokasikan untuk masjid berupa solar ya."

"Insha Allah akan saya sampaikan kepada Muslimin di Indonesia," kata Abdillah Onim, dari suarapalestin.id.

Tak kurang dari 20 Imam masjid di Gaza yang rutin menanyakan bantuan solar untuk masjid. "Dengan demikian, kami selaku Kantor Berita Suara Palestina yang berpusat di Jalur Gaza berinisiatif melakukan penggalangan dana untuk masjid dengan tema 'Hanya dengan Rp30 ribu, Anda turut menerangi masjid-masjid di Gaza," katanya.

Kampanye penggalangan dana pun dilakukan mulai awal Oktober 2016. Proses disrtibusi solar ke masing-masing Masjid di Gaza pada 26 Oktober 2016 dengan membeli solar 6.500 liter dan bensin disalah satu SPBU terbesar di jalur Gaza. Proses distribusi membutuhkan waktu selama 16 hari dengan jarak masjid yang saling berjauhan. Dimulai dari Gaza City, Gaza Utara, Gaza Tengah, Gaza Timur hingga Gaza Selatan.

Takmir dan imam Masjid sangat berterima kasih atas bantuan solar dan bensin untuk masjid-masjid diseluruh wilayah Gaza. "Kami selalu pengurus dan imam Masjid mengucapkan terima kasih banyak. Jazakallahu khairan wa ahsanul jaza atas hadiah solar dan bensin ini. Sebelumnya, kami kebingungan karena genset di masjid tidak memiliki solar".

"Beberapa hari kami mengkumandankan azan dengan tanpa menggunakan pengeras suara. Atas bantuan dan hadiahnya untuk Rumah Allah SWT ini, semoga Allah SWT senantiasa memberkahi antum semua kepada Muslimin di Indonesia, pemerintah Indonesia, dan kami doakan semoga Indonesia menjadi negara yang sejahtera, damai atas keberkahan Allah Ta’la. Sampaikan salam kami dari pengurus masjid dan Imam Masjid di Gaza kepada umat Muslim di Indonesia," ucap Imam Masjid di Gaza.

sumber : suarapalestina.id
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement