Senin 28 Nov 2016 08:15 WIB

Uji Coba Pemberian Vaksin Pneumonia Direncanakan 2017

Dokter memeriksa rontgent paru anak yang dicurigai pneumonia.
Foto: Baby Center
Dokter memeriksa rontgent paru anak yang dicurigai pneumonia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Kesehatan menyatakan uji coba pemberian vaksin pneumonia oleh pemerintah direncanakan akan dilaksanakan pada 2017 di Nusa Tenggara Timur (NTT). "Mudah-mudahan (tahun 2017) semuanya sudah direncanakan, kita berharap semuanya cepat dilaksanakan. Piloting-nya dan mendapatkan hasil yang bagus," kata Kepala Sub Direktorat Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Kementerian Kesehatan dr Christina Widaningrum, di Bandung, akhir pekan.

Ditemui usai menjadi pembicara pada Hari Pneumonia Dunia 2016 di Kota Bandung, dia menuturkan, seharusnya uji coba pemberian vaksin pneumonia dilaksanakan pada tahun ini. "Memang direncanakan tahun ini tapi banyak faktor tentunya (hambatan), terutama dari faktor logistinya maupun masyarakat," kata dia.

Ketika ditanyakan apakah vaksin pneumonia tersebut dibuat oleh produsen dalam negeri atau luar negeri, Chrstina memperkirakan, vaksin tersebut dibuat oleh produsen luar negeri. "Itu sepertinya impor, tapi nanti kita cek lagi ya," kata dia.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Respiratory Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Nastiti Kaswandani menambahkan, pihaknya merekomendasikan pemberian imunisasi vaksin pneumokokus atau PCV untuk anak berumur dua sampai lima tahun agar balita supaya bisa terhindar dari penyakit pneumonia. "Jadi setiap anak berhak untuk mendapatkan vaksinasi yang dibutuhkan dalam hidupnya. Imunisasi merupakan dasar yang paling kuat dalam sistem kesehatan masyarakat. Pertanyaannya apakah bisa dicegah? tentu saja bisa," kata dia.

Nastiti mengatakan, pendistribusian vaksin pneumonia meningkat dalam setahun terakhir dan angka pemakaiannya di Indonesia mencapai 51 persen. Menurut dia, pencegahan bisa dimulai dari cara deteksi dini gejala pneumonia dan pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. "Upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat menurunkan kematian akibat pneumonia," kata dia.

Akses terhadap layanan kesehatan dan ketersediaan obat, serta okrigen, kata dia, merupakan hal yang penting dan tantangan ini memerlukan perhatian lebih dari pemerintah sebagai upaya menurunkan angka kematian balita. "Pemberiaan asupan gizi yang seimbang, pemberian ASI ekslusif, hindari paparan asap rokok, pemberian zinc pada kasus diare, dan cegah HIV," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement