REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis menawarkan uang insentif sebesar 2.500 euro atau setara Rp 35.810.000 bagi para imigran yang secara sukarela meninggalkan Prancis dan kembali ke negara asal mereka sebelum akhir tahun ini.
Kantor Imigrasi dan Integrasi Prancis menyebutkan tawaran tersebut merupakan bentuk dari kompensasi bagi pengungsi dan imigran yang telah melakukan perjalanan ke Eropa. seperti dikutip dari Independent, Ahad (27/11) waktu setempat, disebutkan para imigran yang bersedia kembali ke tanah airnya itu juga akan dibiayai akomodasi perjalanannya.
Beberapa pengungsi berkesempatan mendapatkan bantuan 10 ribu euro atau setara Rp 143 juta sebagai modal kerjaketika mereka kembali ke Tanah Air.
"Ini adalah sistem yang memungkinkan para imigran untuk membangun stabilitas di negara mereka berasal, sementara juga mendorong mereka untuk tidak kembali. Orang-orang ini telah menginvestasikan sejumlah uang ke Eropa, jadi ini adalah insentif bagi mereka untuk kembali. Itu seperti bentuk kompensasi," kata petugas dari kantor Imigrasi dan Integrasi Prancis.
Kebijakan tersebut muncul setelah pembongkaran kamp pengungsian di Calais. Dalam kamp tersebut ribuan imigran tinggal di daerah-daerah kumuh di pusat penerimaan sementara di Prancis.
Pemerintah Prancis menyebutkan jumlah imigran di Prancis semakin meningkat. Terutama di Paris dan Calais. Mereka menduga penumpukan imigran tersebut terjadi karena menunggu proses yang lambat dalam mencari suaka, atau berencana mencapai Inggris.
Paket bantuan tersebut awalnya diperkenalkan Oktober lalu. Dengan nominal yang ditawarkan sebesar 350 euro. Kemudian semenjak situasi semakin tidak teratur, pemerintah menaikkannya menjadi 650 euro, dan kembali menaikkannya lagi sampai 1.850 euro. Hingga yang terbaru ini 2.500 euro.
Sementara itu, Clare Millot, Skeretaris Umum SALAM, sebuah badan amal yang membantu pengungsi di Calais menilai kebijakan tersebut tidak solutif.
Karena menurut dia para imigran kebanyakan mengungsi karena keputusasaan mereka terhadap kondisi negara asal mereka yang sedang dilanda peperangan dan menyengsarakan mereka.
“Menawarkan sejumlah uang dan itu bahkan dalam jumlah besar, tidak akan meyakinkan mereka untuk kembali. Ini sia-sia,” kata Millot.