REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Sedikitnya 55 orang, termasuk 14 perwira polisi, tewas pada Sabtu (26/11) dalam pertempuran sengit antara pasukan keamanan dan satu milisi separatis yang memiliki hubungan dengan seorang raja suku di Uganda Barat.
Juru Bicara polisi Uganda Andrew Felix Kaweesi pada Ahad (27/11) mengatakan kepada Xinhua 14 perwira polisi dan 41 penyerang tewas dalam bentrokan antara polisi, militer Uganda dan petempur suku di Kabupaten Kasese di Uganda Barat. Ia mengatakan petempur suku yang memiliki hubungan dengan pengawal Raja Rwenzururu, Charles Wesley Mumbere menyerang pasukan keamanan yang berpatroli di Kota Kecil Kasese.
"Kami kehilangan 14 perwira polisi dan dua prajurit cedera setelah anggota milisi menyerang pasukan keaman yang sedang berpatroli. Mereka melemparkan bahan peledak rakitan ke arah pasukan keamanan. Ini bukan pemberontakan tapi adalah kejahatan kekerasan. Kami percaya serangan ini memiliki motif politik," kata Kaweesi.
Petempur lokal dengan dukungan rekan mereka Bakonzo di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC) telah mengangkat senjata untuk mendesak didirikannya Republik Yiira, yang akan mencakup wilayah di Uganda dan bagian Kivu Utara di DRC.
Pasukan keamanan pada Ahad menyerbu Istana Raja Mumbere dan menangkap dia.
Raja Mumbere dibawa melalui udara ke Ibu Kota Uganda, Kampala, tempat ia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Uganda Yoweri Museveni. Pemerintah di Kampala telah menuduh pengawal Raja Mumbere mendirikan kamp pelatihan dan militer di Pegunungan Rwenzori bersama pasukan milisi separatis untuk menyerang instalasi pemerintah.
Anggota milisi dilaporkan mengelola satu pemerintah kecil yang diproklamasikan secara sepihak, bahkan mengumpulkan pajak dari warga di wilayah yang mereka kuasai. Presiden Museveni pada awal tahun ini mengesampingkan pembentukan atau penciptaan pemisahan wilayah Rwenzori.
Militer Uganda pada Jumat menewaskan sedikitnya delapan penyerang dari kelompok gerilyawan Kirumiramutima di Kabupaten Kabarole di bagian barat negeri tersebut, sebab mereka berencana menyerang pangkalan militer mereka di daerah itu. Sedikitnya 100 orang termasuk pasukan keamanan tewas pada Februari dan Maret tahun ini dalam bentrokan mematikan antara penyerang suku dan pasukan keamanan di beberapa kabupaten Kasese dan Bundibugyo di bagian barat negeri tersebut.