REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono menuliskan pesan kepada pemerintah. SBY, biasa ia dipanggil, menulis saat ini Indonesia kembali menghadapi ujian sejarah. Bukan hanya di Jakarta, tulis SBY, tetapi juga terjadi di seluruh Tanah Air.
Yang semula isunya cukup sederhana dan bisa dicarikan solusinya, baik secara hukum maupun nonhukum, telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi rumit. SBY menulis gerakan massa yang mengusung tema mencari keadilan mendapatkan simpati dan dukungan yang luas.
Sementara itu, pemerintah memilih cara melakukan gerakan imbangan dengan tema besar menjaga kebinekaan dan NKRI. Sungguh pun niat pemerintah ini tentulah baik, lanjutnya, langkah ini justru memunculkan permasalahan baru.
Menurut SBY, pernyataan penegak hukum akan menindak siapapun yang melakukan tindakan makar, yang disampaikan beberapa hari yang lalu sepertinya tak menyurutkan gerakan pencari keadilan tersebut. SBY menambahkan pernyataan tersebut justru membuat ketegangan sosial semakin meningkat.
"Apa dengan demikian negara kita menuju ke keadaan krisis? Menurut saya tidak. Saat ini tidak akan ke sana. Dengan catatan, permasalahan yang ada sekarang ini segera diselesaikan secara cepat, tepat dan tuntas." tulis SBY di sebuah surat kabar nasional, Senin (28/11).
SBY menulis dalam situasi seperti ini, secara moral ia wajib menjadi bagian dari solusi. Akan menjadi baik jika ia ikut menyampaikan pandangan dan saran kepada Presiden Joko Widodo, agar beliau bisa segera mengatasi masalah yang ada saat ini.
Namun, lebih dari tiga minggu ini memang SBY memilih diam. Bahkan untuk sementara ia juga menutup komunikasi dengan berbagai kalangan, termasuk para sahabat, yang ingin bertemunya. "Saya mohon maaf untuk itu, dari pada kami semua kena fitnah," tambahnya.