Senin 28 Nov 2016 20:13 WIB

SBY tidak Setuju Penurunan Presiden di Tengah Jalan

Rep: Lintar Satria / Red: Budi Raharjo
Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak akan pernah setuju penurunan presiden di tengah jalan. Menurutnya, akan menjadi preseden  buruk jika seorang Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat kemudian dengan mudahnya dijatuhkan oleh sekelompok orang yang amat berambisi dan haus kekuasaan melalui konspirasi politik.

"Kalau kita paham konstitusi, seorang Presiden hanya bisa diberhentikan jika melanggar pasal pemakzulan (impeachment article). Memang ada pula pengalaman di banyak negara seorang penguasa jatuh oleh sebuah revolusi sosial atau people's power. Contoh yang paling baru adalah kejatuhan sejumlah penguasa di Afrika Utara (Arab Spring)," tulis SBY di sebuah surat kabar nasional, Senin (28/11).

Menurut SBY, revolusi sosial tidak bisa dibuat dengan mudah. SBY menceritakan pengalamannya ketika masih menjabat sebagai presiden ada "Gerakan Cabut Mandat SBY". SBY mengatakan pada saat itu pun gerakan tersebut hendak melakukan makar.

"Saya tenang dan tidak panik. Saya tahu gerakan cabut mandat itu hanyalah keinginan sejumlah elite, bukan rakyat," tulis SBY.

Ia mengatakan pada saat itu ia tidak merusak nilai-nilai demokrasi, percaya pada hukum dan tidak bertindak represif. Ia tahu tokoh-tokoh politik mana saja yang turun ke lapangan untuk mencabut mandatnya tersebut. Tapi ia tidak memindakan mereka. "Gerakan yang namanya seram itu, "cabut mandat dan turunkan SBY" akhirnya cepat berlalu," katanya.

Ia menulis pesan moralnya bagi yang ingin menjadi Presiden dan Wakil Presiden tempuhlah dengan cara yang benar. Ikuti etika dan aturan main demokrasi. "Toh pada saatnya akan ada pemilihan Presiden. Sabar. Jangan nggege mongso," tulisnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement