Senin 28 Nov 2016 22:09 WIB

Iqbal: Indonesia, Kado Terindah yang Sedang Menangis

Aksi demo membela Islam. Demo serupa dengan 4 November 2016 rencananya kembali digelar di 2 Desember 2016
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Aksi demo membela Islam. Demo serupa dengan 4 November 2016 rencananya kembali digelar di 2 Desember 2016

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi membela Islam I, II dan akan berlangsung yang ke-III, merupakan ekspresi cinta umat Islam kepada Indonesia. Hal tersebut diungkapkan senator asal Sulawesi Selatan AM Iqbal Parewangi saat berbicara di ajang sosialisasi empat konsensus kebangsaan MPR RI bertema 'Peran Mahasiswa dalam Menjaga Keutuhan NKRI' di Makassar,' akhir pekan ini.

Sosialisai yang dilaksanakan bekerja sama dengan DPP Wahdah Islamiyah dan Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar tersebut dihadiri sekitar 1.300 peserta. Mereka terdiri atas dosen, alumni dan mahasiswa STIBA. Selain Iqbal turut hadir sebagai narasumber adalah ahli sejarah Jahada Mangka, Ketua STIBA Makassar Muh Yusran Anshar dan secara resmi dibuka oleh Rahmat Abd Rahman, Ketua Harian DPP Wahdah Islamiyah.

Iqbal mengatakan, Indonesia adalah kado terindah umat Islam kepada bangsa dan negaranya dan hal itu adalah fakta sejarah. Sayangnya, kini kado terindah itu sedang menangis. "Butuh dirawat, butuh banyak cinta. Dan yang ikhlas merawat dan mencintainya tentu saja pemiliknya, umat Islam," kata Iqbal, ujarnya kepada Republika.co.id Senin (28/11).

Namun dia mengatakan, ada banyak orang yang hanya berpura-pura mencintai Indonesia. Tujuannya agar dapat mengeruk keuntungan bahkan mungkin mau merusaknya.

Apa alasannya menyebut Indonesia adalah kado terindah? Iqbal mempersilakan membaca kembali dasar konstitusi pembentukan NKRI. Ayah dari empat anak ini menjelaskan, sekalipun tujuh kata dalam Piagam Jakarta sudah diganti, namun jiwa ke-Islaman tetap terpancar jelas melalui frasa 'dengan rahmat Allah, kalimat 'Ketuhanan Yang Maha Esa, dan lainnya.

Selain itu, jika menelisik fakta tentang kepahlawanan, maka yang tercatat hingga hari ini adalah 80,6 persen Pahlawan Nasional Indonesia adalah para syuhada yang bersyahadatain. Mereka meliputi 100 persen yang lahir sebelum abad 19, kemudian 81,7 persen lahir abad 19, dan 75,8 persen yang lahir setelahnya. "Ada begitu banyak fakta sejarah negeri tercinta ini yang menjelaskan bahwa Indonesia kado terindah umat Islam," katanya/

Sayangnya, kado tersebut kini sedang menangis. Dia meyebutkan beberapa contoh misalnhya, Presiden ber-IQ tertinggi di dunia adalah dari Indonesia, yakni BJ Habibie. Namun mirisnya, IQ rata-rata orang Indonesia kini 89. Angka yang berada di bawahnya orang Vietnam, Malaysia, Brunei dan Singapura.

Salah satu faktor yang berpengaruh buruk terhadap IQ adalah konsumsi gula berlebih. Mengutip data standar WHO, kebutuhan gula adalah 27 gram per hari per orang. Atau standar Kemenkes 30 gram per hari per orang. "Tapi konsumsi gula di Indonesia 62 gram per hari per orang. Akibatnya, karena produksi gula dalam negeri sekitar 2,3 juta ton per tahun hanya cukup jika sesuai standar kesehatan, maka kekurangannya sekitar 3,2 juta ton per tahun harus diimpor," jelasnya.

Padahal, sebelum merdeka Indonesia tercatat sebagai pengekspor gula terbesar di dunia, periode 1920-1930. Namun setelah merdeka Indonesia justru menjadi pengimpor gula terbesar kedua di dunia. Itu baru satu ironi, yakni impor gula. Padahal Iqbal menyebut masih ada lain lagi yang pantas membuat Ibu Pertiwi berurai air mata. Misalnya, impor sapi, impor kedelai, bahkan garam dan cangkul.

Meski tidak hanya melulu ironi, dia mengatakan, sulit disangkal bahwa memang banyak ironi di kekinian Indonesia. Dia menyebut utang luar negeri yang melonjak, heboh tenaga kerja asing dan ilegal serta penegakan hukum yang dirasa tidak berkeadilan.

Realitas yang bertabur ironi itulah, menurut Iqbal yang membangkitkan umat Islam yang mencintai Indonesia dengan tulus ikhlas. Dia pun menyebut aksi damai yang dilakukan 4 November, lalu merupakan ekspresi rasa cinta umat Islam terhadap Indonesia. Jika pengungkapannya tidak umum, dia menyebut begitulah cinta sejati. "Tidak ingin ada dusta, tidak boleh ada nista. Tapi boleh ada aksi, apalagi aksi damai, apalagi aksi super damai," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement