REPUBLIKA.CO.ID, KARO -- Nasib pengungsi Sinabung hingga saat ini masih belum mendapatkan kejelasan terkait hunian sementara (huntara). Huntara yang dijanjikan pemerintah selesai Desember mendatang dengan ukuran 3x6 meter belum terlaksana.
Kepala Desa Mardinding, Karo, Sumatra Utara, Jepri Sangapta Singarimbun mengharapkan segera mendapatkan kepastian dari pemerintah. Warga Desa selama 1,5 tahun berada di posko penampungan.
“Kami berharap segera mendapat kabar soal hunian,” kata Jepri, kepada relawan Turun Tangan, di Posko Penampungan di Desa Terong Peren, Kecamatan Tiga Inderket, Sumut, akhir pekan kemarin.
Jepri menjelaskan, warganya yang mengungsi berjumlah 940 jiwa yang terdiri dari 268 kepala keluarga. Selain huntar, lanjutnya, orang tua asuh juga dibutuhkan bagi anak-anak mereka supaya tidak putus sekolah.
Jepri menilai semangat anak yang berada di pengungsian sangat tinggi namun, tidak memiliki cukup biaya. Karena itu, Jepri menegaskan, orang tua asuh dibutuhkan guna membantu pendidikan anak korban Sinabung.
Salah seorang pengungsi, Devianti Boru Sembiring juga mengakui hingga saat ini huntara yang dijanjikan pemerintah belum dimulai. Padahal, sosialisasi terkait hal tersebut sudah lama dilakukan.
“Harusnya pemerintah transparan apa yang menjadi kenadala,” kata Devianti.
Devianti bersyukur keberadaan relawan Turun Tangan, cukup membantu masyarakat terutama anak menghilangkan kejenuhan dan trauma. Dia menuturkan, anak-anak saat ini lebih ceria dibandingkan dulu saat Sinabung baru meletus.
Relawan Turun Tangan melakukan Temu Nasional Relawan Turun Tangan 2016 sejak 24-27 November 2016 di LPMP Sumut. Sebanyak 130 relawan Turun Tangan se-Indenesia turut hadir.
Selama pertemuan berlangsung, mereka melakukan trauma healing kepada pengungsi, khususnya anak-anak. Termasuk menyerahkan bantuan berupa sembako, pampers dan obat-obatan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU juga ikut terlibat dengan membuka pelayanan dan pengobatan gratis.