REPUBLIKA.CO.ID, KUBA -- Puluhan ribu warga Kuba memberikan penghormatan terakhir kepada mantan Presiden Kuba, Fidel Castro pada Senin (28/11) waktu setempat. Castro yang merupakan pemimpin revolusi sayap kiri Kuba meninggal dalam usia 90 tahun pada Jumat (25/11).
Castro dikagumi oleh kaum kiri dan orang-orang dari negara berkembang. Castro dianggap sebagai seorang revolusioner. Namun ada juga yang menilai Castro sebagai pemimpin diktator yang menindas rakyat kuba dan merusak perekonomian. Dia berkuasa selama setengah abad dan dengan berani menolak Amerika Serikat selama perang dingin.
“Bagi Saya, ia terus hidup di hati rakyat Kuba,” kata seorang karyawan stasiun, Misleidys Rivero (47) sambil memegang bendera Kuba di tangannya, dilansir Reuters, Selasa (29/11).
Dia ikut mengantre sejak Senin pagi waktu setempat di Havana Revolution, tempat penghormatan terakhir kepada Castro. Pemerintah memang mengundang warga ke alun-alun untuk memperingati kematian Castro selama dua hari dimuali dengan ledakan meriam.
Pemerintah juga telah mengumumkan masa berkabung selama sembilan hari atas kematian Castro. Jenazah Castro dikremasi pada Sabtu (26/11). Iring-iringan terhadap abu Castro akan dilakukan menuju tempat peristirahatan terakhirnya di Santiago de Cuba, Kota Kuba Timur, tempat dia meluncurkan revolusi.
Banyak warga yang meneteskan air mata tanda kesedihan saat mengikuti penghormatan terakhir. Mereka rela datang lebih pagi sekitar pukul 04.00 pagi waktu setempat untuk acara tersebut.
“Saya sangat sedih. Saya datang untuk memberikan penghormatan kepada ayah kami, teman, komandan, kata Belkis Meireles, seorang insinyur (65) yang mengaku tiba dua jam sebelum acara dimulai.
Dia menilai, Castro merupakan pemimpin yang membebaskan warga kuba. Dia juga merupakan guru untuk dunia.