REPUBLIKA.CO.ID, NORTH CAROLINA – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu dengan bankir asal North Carolina, John Allison (68 tahun), Senin (28/11) lalu.
The Charlotte Observer, Senin (28/11), melaporkan, John Allison digadang-gadang akan menduduki jabatan menteri keuangan AS. Namun hingga kini, ia belum berkomentar mengenai hasil kunjungan Donald Trump.
Allison merupakan sosok yang cukup kontroversial. Sebagai penganut ekonomi pasar bebas, ia pernah menuding kebijakan negara sebagai penyebab utama terjadinya krisis finansial. Bahkan, pada 2012 lalu Allison pernah berjanji akan memusnahkan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), bila ia berkesempatan menduduki jabatan di pemerintahan.
“Saya percaya, selama The Fed ada, Kongres akan selalu bisa mencetak uang. Mereka senang menghabiskan uang (ke daerah konstituen) karena itulah cara efektif mendulang suara. Enggan menarik pajak dari masyarakat karena khawatir akan kehilangan suara,” papar John Allison dalam sebuah wawancara pada 2012 lalu, seperti dikutip The Charlotte Observer, Senin (28/11).
Dalam jurnal ekonomi, Cato (Volume 34) tahun 2014, Allison pernah menulis artikel berjudul “Market Discipline Beats Regulatory Discipline.” Ia menuangkan gagasan antara lain bahwa AS perlu menerapkan sistem keuangan yang memakai standar emas, bukan “uang monopoli yang terbit sejak 1913”. Meskipun idenya itu klasik, Allison percaya bahwa sistem keuangan dan ekonomi AS akan tumbuh lebih baik bila standar emas diterapkan.
Selain Allison, pada Senin lalu Trump juga melakukan pertemuan terpisah dengan mantan anggota Komisi Sekuritas dan Bursa, Paul Atkins. “Kita melihat Allison dan Atkins sebagai sosok liberal. Kalau sampai mereka duduk di jajaran pemerintahan, maka akan ada perubahan dramatis dari segi regulasi keuangan ke depan,” demikian kutipan para analis di Keefe Bruyette & Woods, Ahad (27/11).
Allison merupakan mantan pejabat tinggi bank BB&T. Sejak 2008, ia pensiun dari bank tersebut dan mulai menulis buku tentang nilai-nilai perbankan. Allison pernah menjadi CEO pada Institut Cato tahun 2012-2015. Hingga kini, ia memegang jabatan penting di Sekolah Bisnis Wake Forest.