REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama mengaku sangat berat mengatasi masalah banjir di Jakarta. Bahkan, salah satu penghambatnya seringkali merupakan pejabat di lingkungan Pemda DKI sendiri.
Pejawat itu pun bercerita, selama menjabat menjadi Gubernur DKI Jakarta, sebanyak empat Kepala Dinas PU sudah dicopot oleh Ahok dan digantikan dengan seorang camat yang bukan insinyur, tetapi hanya sarjana sosial.
"Apa hasilnya, cukup baik, yang penting buat saya orang tersebut mau kerja sama dan memahami perintah saya dan rajin,” ucap Ahok di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (29/11).
Mantan Bupati Belitung Timur itu menambahkan dalam mengatasi banjir Jakarta selain membenahi 50 waduk sebagai tempat penampungan air. Ia juga akan membangun 39 waduk lagi.
"Kenapa butuh waduk? Jakarta kan seperti tempayan, kosongin dulu dong. Kalau airnya dateng pompanya kegedean makanya nggak sanggup. Makanya denger air mau dateng, pompa buang ke laut dulu. Jadi kaya tempayan kosong buat nampung. Teorinya itu aja," kata Ahok.
Untuk tanggul sendiri, ia perkirakan 2018-2019 dapat segera rampung. Ahok ingin membenahi banjir Ibu Kota dengan pembangunan tanggul, pembersihan kali, dan membenahi saluran air.
Dulu, kata Ahok, di musim penghujan Jakarta bisa sampai tenggelam dan surutnya air memakan waktu dua sampai tiga hari. "Sekarang meskipun masih ada banjir tetapi tidak seberapa tingginya dan cepat surut," ujarnya.
“Bukit Duri, Kampung Pulo, dan beberapa tempat lainnya yang sungainya sudah kami keruk lumpurnya, dan permukiman kumuhnya sudah kami bongkar, penduduknya sudah kami relokasi ke ruman susun, ketika hujan tidak lagi banjir seperti dulu,” kata Ahok.
Baca juga: Ahok akan Beri Rp 1 T untuk Daerah Penyangga, dari Mana Uangnya?