Selasa 29 Nov 2016 14:20 WIB

Politikus Muda Golkar Nilai Pergantian Akom ke Setnov Beri Citra Negatif

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Politikus muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia.
Foto: pribadi
Politikus muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia meminta DPP Golkar agar mempertimbangkan ulang pergantian Ade Komaruddin (Akom) ke Setya Novanto (Setnov). Sebab menurutnya hal ini akan memberikan citra negatif bagi Golkar di saat Golkar fokus konsolidasi dan membangun citra positif di mata publik.

"Setya Novanto sebagai Ketua Umum PG seharusnya tetap fokus melakukan konsolidasi internal dan membangun citra positif Golkar. Dengan memaksakan kembali menjadi Ketua DPR, hal itu akan memberikan citra negatif, baik buat Golkar maupun DPR RI, bahkan pribadi Setya Novanto sendiri," kata dia, Selasa (29/11).

Citra negatif ini menurutnya, terkait Setnov yang telah mengundurkan diri dari Ketua DPR seiring dengan keputusan fraksi saat sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) yang menyebut Setnov melanggar etika berat hingga sedang.

"Jadi sangat tidak etis bila seseorang yang sudah mengundurkan diri dari jabatan tertentu, ingin kembali lagi," kata dia.

Selain itu, menurutnya,dahulu jelang Munas Golkar, Setnov pernah menyatakan bahwa bila terpilih sebagai Ketua Umum PG dia akan mengundurkan diri dari Anggota DPR RI. Kemudian Setnov juga telah membuat komitmen bahwa Ade Komarudin akan tetap menjadi Ketua DPR RI, saat Ade Komarudin mundur dari pencalonan dan memberikan dukungan kepada SN sebagai Ketua Umum Golkar di Munas lalu.

Karena itu, menurutnya ini kembali soal etis. Di sisi lain, suasana kondusif harus terus tercipta agar institusi DPR dapat menjalankan fungsinya dengan baik, tanpa "direcoki" dengan rebutan kursi secara terus menerus.

"Belum sampai setahun masak sudah dua kali terinterupsi dengan isu gonta ganti pimpinan. Kewibawaan DPR juga harus dijaga sebagai lembaga tinggi negara," jelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement