REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menganggap kegiatan harian mengunjungi warga di berbagai wilayah di Ibu Kota sebagai perjalanan spiritual pribadinya. Ia menyebut kunjungannya ke sejumlah permukiman warga tak sebatas bertujuan kampanye.
"Perjalanan spiritual menyaksikan ketimpangan yang dahsyat," ujar Anies dalam diskusi dengan jurnalis di kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta, Selasa (29/11).
Dalam perjalanannya menyosialisasikan program kerja kepada masyarakat Jakarta, Anies mengaku memahami penderitaan dan kemiskinan warga karena persoalan ketimpangan tidak pernah diurus dengan serius. Menurut Anies, selama ini Jakarta hanya dirancang untuk masyarakat berpenghasilan menengah dan dipimpin berdasarkan program, bukan gerakan.
"Gubernur harus menggerakkan seluruh sumber daya di Jakarta, termasuk sektor swasta, untuk menyejahterakan seluruh lapisan masyarakat. Kita butuh kepemimpinan berbasis gerakan," kata Anies.
Dengan gini rasio sebesar 0,41 Badan Pusat Statistik mencatat DKI Jakarta sebagai salah satu provinsi yang memiliki indeks rasio gini tertinggi pada September 2015. Ketimpangan ini tampak dari jumlah pengangguran di DKI yang kini mencapai 300 ribu orang dan beragamnya tingkat pendidikan.
Anies mengungkapkan bahwa angka partisipasi siswa SMA di DKI Jakarta hanya 65 persen, sementara 35 persen siswa tidak pernah lulus. Sedangkan di Kepulauan Seribu tercatat hanya 35 persen anak bersekolah.
"Pendidikan adalah eskalator sosial ekonomi, kalau pendidikan di Jakarta tidak dibereskan maka kemiskinan akan langgeng," ujar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Calon gubernur nomor urut 3 itu berkomitmen mengentaskan kemiskinan Jakarta secara sistematis dengan menggerakkan seluruh masyarakat dalam pelaksanaan program kerja yang telah dirancangnya antara lain penyediaan 200 ribu lapangan kerja bagi wirausaha baru, Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus, Kartu Jakarta Sehat (KJS) Plus.