REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta, kebanjiran pasien sakit jiwa. Sejak digulirkannya kadedeuh bagi masyarakat yang mau menyerahkan anggota keluarganya yang sakit jiwa, Pemkab Purwekarta terus menerima laporan. Sampai saat ini, sudah tercatat 50 pasien jiwa yang diserahkan ke pemkab.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, jadi sampai saat ini pemkab telah menggelontorkan anggaran Rp 100 juta. Uang tersebut, merupakan kadedeuh untuk masyarakat yang bersedia menyerahkan anggota keluarganya yang sakit jiwa. "Kadedeuh itu sebesar Rp 2 juta per pasien," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Selasa (29/11).
Menurut Dedi, ternyata dengan digulirkannya program jemput bola bagi pasien jiwa ini, terungkap jika masyarakat Purwakarta banyak yang terganggu jiwanya. Dulu, warga malu jika memiliki anggota keluarga yang gila.
Makanya, pasien jiwa itu banyak yang di kerangkeng ataupun di pasung. Jelas, kondisi ini tak manusiawi. Sebab, perlakuan terhadap pasien jiwa ini sangat tidak adil. Mereka dikucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karena itu, pihaknya ingin pasien jiwa ini mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat. Untuk itu, pihaknya sudah menginstruksikan aparatur desa sampai petugas Dinas Kesehatan untuk melakukan penyisiran ke kampung-kampung.
Dia mengatakan, jika ada pasien sakit jiwa, maka warga tersebut diserahkan ke pemkab. Untuk selanjutnya dikirim ke RS Jiwa Cisarua. Sebagai penggantinya, pemkab memberikan kadedeuh kepada keluarga yang memberikan pasien jiwa tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Anne Hediana Koesoemah, mengatakan, untuk memudahkan penjemputan terhadap pasien jiwa ini, pihaknya telah menyediakan ambulans. Ambulans ini, bisa dipesan secara online. "Ambulans ini, siap antar jemput pasien jiwa. Warga tinggal lapor saja, lalu ambulans akan meluncur ke alamat warga itu," ujar Anne.