REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, kesenjangan antara kaya dan miskin di Ibu Kota sangat mengkhawatirkan. Cagub nomor urut tiga ini menilai, kesenjangan di Ibu Kota itu menggambarkan ironi yang luar biasa.
"Saya melihat Jakarta adalah simbol ironi Indonesia. Kita memikirkan kesejahteraan, tapi justru di tempat ini (Jakarta) ironi terbesar atas kekayaan sebuah wilayah terjadi," kata Anies.
Anies mengatakan, di daerah lain kemiskinan memang ada. Hampir seluruh daerah yang dikunjunginya, kemiskinan yang ada berbeda dengan Ibu Kota. Mereka, kata dia, miskin dalam udara bersih, miskin dalam sumber daya alam yang ada di sekitarnya dan miskin dalam suasana kekeluargaan.
Namun, lanjutnya, kemiskinan di Jakarta lebih tak manusiawi. Mereka miskin dalam suasana panas, kotor dan dalam kekumuhan luar biasa. "Dan ditambah lagi, setengah jam dari lokasi kemiskinan ada kemewahan yang luar biasa," ujar dia.
Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan ini mengaku, perjalanan kampanyenya selama ini tak sekedar untuk mendulang suara dalam kontestasi Pilkada DKI. Lebih dari itu, kata dia, kampanyenya selama ini sekaligus menjadi perjalanan spiritual dalam hidupnya. Baginya, setiap orang yang melihat memiliki tanggung jawab moral untuk berbuat bersama-sama.
Menurutnya, ada satu hal kunci yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan Kota Jakarta. Ia berjanji akan memperbaikinya jika terpilih bersama Sandiaga Uno dalam kontestasi Pilkada DKI. "Di sini karena tidak ada manajemen. Dalam arti, redistribusi atas kesejahteraan tidak dilakukan secara serius," ujar dia.
"Jadi kita membiarkan pada distribusi. Distribusi kita serahkan pada pasar, tapi negara tak intervensi melakukan redistribusi atas distribusi yang tidak adil. Kenyataan tidak adil karena ada ketimpangan. Negara harus masuk melakukan redistribusi. Dengan apa? Dengan membuat akses pendidikan bermutu," tambahnya.