REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Pertempuran ofensif yang berlangsung antara pasukan Pemerintah Irak dan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Mosul membuat banyak warga sipil terlantar. Tak sedikit kekurangan pasokan air serta makanan yang merupakan kebutuhan pokok untuk bertahan hidup.
Saat serangan berlangsung, pipa yang mengalirkan air ke lebih kurang 650 ribu orang di wilayah Nineveh, Mosul rusak dan tak dapat berfungsi. Dengan demikian, secara keseluruhan 40 persen penduduk di salah satu bagian kota itu menderita.
"Kami akan menghadapi bencana kemanusiaan. Pipa untuk mengalirkan pasokan air tak juga bisa diperbaiki segera," ujar anggota dewan Nineveh Mosul, Hussam Al Abar, Rabu (30/11). Ia menjelaskan tak ada teknisi yang mampu menjangkau wilayah itu d tengah situasi pertempuran yang mengerikan. Sementara itu, persediaan makanan yang dimiliki warga terus berkurang.
Kondisi diperburuk dengan banyak orang yang menyimpan persediaan dan tidak mau membagikannya secara cuma-cuma. Mereka memilih menjual dengan harga tinggi. Selain itu fasilitas medis juga tidak tersedia. Aliran listrik di banyak wilayah dalam Mosul juga dilaporkan terputus.
Pertempuran ofensif untuk merebut Mosul dari ISIS telah terjadi selama enam pekan. Pasukan Irak bersama dengan Peshmerga Kurdi dan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) terus mengintensifkan serangan dan berhasil mengambil sebagian besar wilayah timur kota tersebut.
Meski demikian, kemajuan cukup terhenti saat pasukan mencoba memasuki pusat kota. Perlawanan dari kelompok militan tersebut, ditambah dengan kekhawatiran warga sipil menjadi korban adalah kendala terberat pertempuran dilakukan.