REPUBLIKA.CO.ID, CHAPECO -- Warga kota kecil Chapeco, Brazil Selatan, berduka, Selasa, sesudah mendengar kabar kecelakaan pesawat di Kolombia, yang menewaskan sebagian besar anggota regu sepak bolanya.
Kegiatan niaga berhenti dan sekolah ditutup sementara saat acara berkabung itu.
Ratusan penggemarnya berkumpul di stadion markas regu sepak bola itu pada pagi hari. Banyak orang tampak diam sampai matahari terbenam, menatap lapangan sepak bola, yang kosong.
Penggemar meletakkan banyak bunga, seragam tim, dan lilin di dekat pintu masuk stadion tersebut. Spanduk terbentang bertuliskan visi kelompok itu menjadi tim sepak bola paling ternama di Brazil.
"Mereka tidak pernah lelah mendaki. Saat ini mereka sudah sampai di surga," katanya.
Kemenangan tim sepak bola Chapecoense yang tidak terduga saat bertanding di Piala Sudamericana telah menginspirasi penduduk kota berpopulasi 200 ribu jiwa di wilayah pinggiran, negara bagian Santa Catarina.
Namun mimpi itu berakhir begitu saja saat pesawat yang ditumpangi tim jatuh, Senin di Kota Medellin, Kolombia.
Saat itu mereka akan mengikuti pertandingan final melawan Atletico Nacional, Rabu. Sebagian besar anggota tim sepak bola itu adalah korban dari 75 orang yang tewas, kata otoritas terkait di Kolombia. Informasi serupa ikut disampaikan wartawan setempat dan pengurus tim.
"Kami akan berkumpul di stadion tercinta ini untuk mengenang, memberi dukungan, dan melepaskan kepergian mereka," kata Ivan Tozzon, salah satu petinggi tim itu.
Ketua tim sepak bola Chapecoense, Gelson Dalla Costa, mengatakan tim dokter ditugaskan terbang ke Medellin pada Selasa untuk mengurus jasad korban.
Pemain tersisa beserta kerabat korban rencananya berkumpul di Sao Paulo pada Rabu untuk mengenali jasad, kata Tozzo. Enam orang dikabarkan selamat, tiga diantaranya adalah pemain Chapecoense.
Dalla Costa mengatakan, pemain belakang, Neto akan menjalani operasi tengkorak, sementara kaki kiper cadangan Jackson Follman mesti diamputasi. Pemain belakang Alan Ruschel dikabarkan masih dirawat intensif, tetapi kondisinya cukup stabil. Kondisi wartawan radio, Rafael Valmorbida dikabarkan cukup stabil.
"Dalam kejadian semacam itu, kalian akan mendapatkan berita pada 48 jam pertama," tambahnya merujuk ke keadaan penyintas.