REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Kamis (1/12) ditutup di teritori positif yaitu 5.198,76. Laju indeks saham ini diperkirakan akan tetap positif pada Jumat (2/12) saat ada aksi demonstrasi damai.
Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menilai, aksi demonstrasi umat Muslim besok akan berlangsung damai dan tidak menjadi sentimen negatif terhadap laju saham. "Saya pikir aksi besok akan berlangsung damai, sehingga dampak ke IHSG akan cukup positif," ujar Rangga pada Republika.co.id, Kamis (1/12). Namun demikian, ia menilai investor akan mengingat apa yang terjadi pada demo sebelumnya yang berlangsung kurang tertib, sehingga mereka tetap akan berhati-hati di pasar keuangan Indonesia.
Meski kondisi ekonomi domestik berpengaruh pada volatilitas nilai tukar, adanya aksi ini juga dinilai tidak berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rangga menuturkan, faktor global yang akan lebih mempengaruhi IHSG dan rupiah.
Menurutnya, pasar saat ini sedang menunggu data non-farm payrolls AS yang akan rilis pada Jum'at malam. Data tersebut diperkirakan akan bagus dan mendorong dolar AS untuk menguat. Apabila dolar AS menguat, kata Rangga, biasanya akan berakibat kurang bagus untuk IHSG. "Dan ada referendum Italia pada hari minggu yang mana kalau hasilnya no, market global bisa koreksi awal minggu depan," katanya.
Sementara itu nilai tukar rupiah meski menunjukkan tren yang stabil tetap bisa mulai melemah lagi pada pekan depan. Pada Kamis ini, berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat di level Rp 13.565 per dolar AS dari pembukaan perdagangan Rp 13.579 per dolar AS. Adapun rentang gerak rupiah Kamis ini berada di kisaran Rp 13.543-13.609 per dolar AS. "Bisa menguat, tapi rupiah minggu depan bisa mulai lemah lagi. Rentang gerak rupiah dalam range 13.000-13.500, harusnya sih rupiah bisa dalam kisaran itu, di bawah Rp 13.500," katanya.