REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ulama sunni asal Kota Sanandaj, Provinsi Kurdistan, Iran Syeh Mohammad Amin Rasti mengaku tidak merasakan perlakuan berbeda dengan umat Muslim syiah. Mayoritas umat Muslim di Iran bermazhab syiah.
“Islam Iran mayoritas syiah tapi hidup di pemerintah Iran tidak merasakan perbedaan,” kata Amin Rasti saat bersilaturahim ke kantor Republika, Kamis (1/12).
Rasa persaudaraan, lanjutnya, sangat tercipta antarumat Muslim meskipun berbeda mazhab. Para ulama dari berbagai mazhab di Iran saling bekerja sama.
Dia membantah syiah dan sunni menjadi isu panas id Iran. Dia bahkan menyarankan untuk melihat langsung bagaimana hubungan Muslim syiah dan unni yang hidup secara berdampingan.
Amin Rasti merupakan khatib shalat Jumat di masjid agung di salah satu provinsi Kurdistan yang bermazhab ahlu sunnah wal jamaah. Dia juga seorang hakim di Kota Sanandaj. “Di Kurdistan 85 persen ahlu sunnah wal jamaah bermazhab syafi’i,” dia mengungkapkan.
Menurut dia, terdapat sekitar 350 masjid di Kurdistan dengan berbagai kegiatan di dalamnya seperti pendidikan dan pelaksanaan ibadah. Kedatangannya ke Indonesia untuk menghadiri konferensi yang diadakan asosiasi pendekatan antarmazhab. Konferensi tersebut bekerja sama dengan Muhammadiyah.
Konferensi tersebut membicarakan terkait persoalan masyarakat tentang dunia keislaman, termasuk membahas banyak tentang persatuan Islam. “Dalam telaah kami dan berbagai konferensi yang kami ikuti, kami menyimpulkan semua Muslim berbagai mazhab sumber utamanya Alquran dan sunnah Rasul,” kata dia.