Sabtu 03 Dec 2016 04:16 WIB

Umat Islam Sudah Berpikir Superrasional Sejak Era Kemerdekaan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Bayu Hermawan
Jutaan Jamaah Aksi Bela Islam III menjelang pelaksanaan Shalat Jumat memadati area Monumen Nasional Jakarta, Jumat (2/12).
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Jutaan Jamaah Aksi Bela Islam III menjelang pelaksanaan Shalat Jumat memadati area Monumen Nasional Jakarta, Jumat (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Kampung Matematika Raden Ridwan Hasan Saputra mengatakan, negara Indonesia tidak akan pernah lahir jika umat Islam tidak berjihad untuk merebut kemerdekaan. Jihad adalah hasil berpikir suprarasional sehingga umat Islam rela mengorbankan harta bahkan nyawanya untuk kemerdekaan Indonesia.

Menurut Ridwan, penjajah yang mempunyai kekuatan senjata jauh lebih hebat akhirnya bisa dikalahkan oleh rakyat Indonesia dengan semangat jihad umat Islam. Cara berpikir suprarasional ini tidak akan mampu ditahan oleh sebesar apa pun kekuatan manusia.

"Hal ini karena dalam cara berpikir suprarasional, Allah yang menjadi penolongnya," ujar Ridwan dalam keterangan tertulisnya kepada Republika, Sabtu (3/12).

Akan tetapi, di masa mengisi kemerdekaan ini cara berpikir suprarasional mulai ditinggalkan sehingga peran umat Islam dalam pembangunan tidak begitu terasa. Ridwan mengatakan, aksi 411 adalah momentum tumbuhnya kembali cara berpikir suprarasional, sedangkan aksi 212 adalah wujud lanjutan cara berpikir suprarasional dari umat Islam.

Pemimpin harus mengajak semua umat beragama untuk saling bertoleransi dalam menjalankan aturan agama masing-masing. Jika hal ini dilakukan, maka bangsa ini akan berkelimpahan pahala. Ridwan menambahkan, apabila bangsa ini berkelimpahan pahala, maka bangsa ini tidak perlu lagi bergantung pada negara lain karena Pemilik Langit dan Bumi akan menjadi penolong bangsa Indonesia.

"Insya Allah bangsa ini akan menjadi bangsa besar. Kita merindukan pemimpin dan ulama yang berpikir suprarasional yang mampu mengajak dan menjadikan rakyat punya cara berpikir suprarasional agar Indonesia menjadi negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur," kata Ridwan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement