REPUBLIKA.CO.ID, SIRTE -- Serangan bom bunuh diri terjadi di Sirte, Libya. Sebanyak empat tentara negara itu tewas dalam kejadian itu. Pelaku dilaporkan merupakan sejumlah perempuan yang nampaknya tidak dicurigai. Mereka datang seperti warga sipil saat tengah meninggalkan wilayah dekat bangunan yang dikuasai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Tentara Libya bahkan juga memberi perlindungan untuk memastikan para perempuan tersebut keluar dari bangunan dengan aman. Selama enam bulan, pasukan negara itu telah berjuang melakukan serangan ofensif merebut Sirte dari ISIS.
Namun, kekuatan adri kelompok militan itu masih sulit dihentikan khususnya di wilayah dekat Laut Mediterania. Situasi semakin sulit dengan banyaknya warga sipil yang masih terperangkap di dalamnya atau bahkan menjadi tawanan ISIS.
Perempuan yang menjadi pelaku bom bunuh diri juga dilaporkan membawa tiga anak kecil. Diyakini mereka diminta secara paksa oleh ISIS sehingga mau melakukannya.
"Hal seperti ini juga terjadi di wilayah yang dikuasai ISIS. Mereka memanfaatkan perempuan dan anak-anak untuk melakukan serangan," ujar juru bicara pasukan Libya Rida Issa, Sabtu (3/12).
menurut Issa, pertempuran sengit terjadi antara pasukan dan ISIS di dekat bangunan yang diyakini ditempati oleh anggota kelompok militan tersebut. Meski demikian, dalam beberapa pekan terakhir sejumlah sandera warga sipil telah berhasil dibebaskan oleh tentara Libya.
Sirte direbut oleh ISIS pada awal 2015 lalu. Kelompok militan itu mulai merebut wilayah di luar Irak dan Suriah seiring kemampuan kelompok yang terus terdesak di dua negara tempat mereka pertama kali muncul tersebut.