REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Sejumlah negara-negara di Eropa khawatir akan ada serangan teroris terbaru di wilayah mereka. Salah satunya berasal dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang dalam dua tahun terakhir tercatat mengklaim berada di balik serangan bom dan lainnya yang menewaskan banyak orang.
Koordinator Penanggulangan Terorisme Uni Eropa Gilles de Kerchove mengatakan tidak diketahui berapa jumlah orang yang diduga masuk dalam jaringan kelompok radikal di Eropa. Namun, terdapat laporan bahwa jumlah anggota kelompok itu mencapai puluhan.
Kedatangan anggota kelompok militan dalam jumlah besar diperkirakan meningkat seiring kemunduran mereka di Timur Tengah. Seperti ISIS yang saat ini tengah dipukul mundur dari Mosul, Irak. Demikian dengan lainnya di Aleppo, Suriah.
"Kami harus bersiap karena mungkin beberapa dari mereka akan datang ke Eropa," ujar Kerchove. Saat ini terdapat pasukan Eropa yang membantu melumpuhkan keberadaan kelompok teroris di Timur Tengah. Hal itu seperti halnya Rusia yang dulu membantu pertempuran di Afghanistan.
"Namun para anggota kelompok teroris justru datang ke wilayah Eropa Timur dan melakukan pertempuran di sana setelah rusia meninggalkan Afghanistan," jelas Kerchove.
Pria yang juga merupakan pengacara asal Belgia itu juga mengatakan Uni Eropa saat ini akan melakukan pengawasan ketat, khususnya di perbatasan negara-negara untuk mencegah kedatangan anggota kelompok radikal. Jalur masuknya pengungsi dari Timur Tengah selama ini menurutnya menjadi celah utama kelompok itu berkembang di Eropa. "Kami memastikan sebagian besar celah kedatangan mereka tertutup dengan aman," jelas Kechove, dilansir Reuters.