REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Italia mulai melakukan pemungutan suara dalam referendum terkait reformasi konstitusi, pada Ahad (4/12). Nasib Perdana Menteri Matteo Renzi dipertaruhkan karena ia berjanji akan mengundurkan diri jika kehilangan pilihan suara "ya".
Tempat pemungutan suara dibuka pada pukul 07.00 dan ditutup pada 11.00 waktu setempat. Sebanyak 51 juta warga Italia berhak memberikan suara dan perhitungan lengkap diperkirakan akan diumumkan pada Senin (5/11).
Referendum reformasi konstitusi ini akan mengurangi peran Majelis Tinggi Senat dan mengembalikan kekuasan penuh kepada pemerintah daerah. Langkah tersebut dianggap akan mengembalikan kestabilan politik oleh Pemerintah Italia. Namun, hampir seluruh jajak pendapat selama dua bulan terakhir menunjukkan PM Renzi akan kalah dalam referendum.
Semua jajak pendapat yang dilakukan sebelum 18 November lalu, banyak memenangkan suara "tidak." Jajak pendapat terus dilakukan dalam dua pekan terakhir dan tetap banyak yang memilih "tidak" untuk reformasi konstitusi. Ketika semua partai oposisi berbaris melawan reformasi konstitusi, kemenangan Renzi tentu akan menjadi kejutan bagi Italia. Renzi merupakan Perdana Menteri termuda Italia yang sering berjuang melakukan kampanye satu tangan.
Pada hari-hari terakhir sebelum referendum dilaksanakan, Renzi bersikeras bahwa suasana politik bisa berubah. Ia mengatakan jutaan rakyat Italia sedang dalam keragu-raguan.
"Pilihan "tidak" akan menang, segalanya akan runtuh," ujar seorang pedagang di Pasar Campo dei Fiori di Roma, Pippo Nicosia, yang mengaku akan memilih "ya".
Lembaga survei menyatakan, Renzi memiliki jumlah pendukung yang rendah saat referendum. Sebab, pendukung Renzi mayoritas pemilih muda dan rakyat miskin di selatan Italia, yang biasanya tidak pernah ikut memilih dalam referendum.
Diperkirakan 75 persen pemilih akan memilih "tidak" untuk reformasi konstitusi. Spekulasi pun bermunculan mengenai apa yang akan dilakukan Renzi jika ia mengalami kekalahan. Dia berjanji untuk mengundurkan diri dan tidak akan memainkan peran apapun di bawah kekuasaan Presiden Sergio Mattarella. Namun, beberapa pendukungnya meminta Renzi untuk tetap berkuasa menjadi Perdana Menteri.
Pasar keuangan dan politisi Eropa khawatir kemenangan suara "tidak" akan memicu ketidakstabilan politik. Gejolak baru akan menghadang bank-bank Italia dan mendorong mata uang Euro ke dalam krisis.
Menteri Ekonomi Italia, Pier Carlo Padoan, berusaha menenangkan pasar keuangan. Ia mengatakan, tidak akan ada krisis keuangan jika referendum memenangkan suara "tidak". "Tidak ada resiko goncangan keuangan jika pilihan "tidak" menang, meskipun mungkin ada turbulensi dalam 48 jam pertama," jelasnya.
Kegelisahan pasar telah berkonsentrasi pada bank Italia, yang dibebani dengan kredit macet sebanyak 360 miliar euro atau Rp 4.940 triliun. Pinjaman terbesar tercatat ada di Monte Dei Paschi di Siena. Bank perlu mendapatkan sebanyak 5 miliar Euro atau Rp 68,9 triliun di akhir tahun untuk menambal kekurangan modal. Para pejabat pemerintah mengatakan, calon investor dapat terhalang oleh ketidakstabilan politik jika pilihan "tidak" akan menang dalam referendum.