Senin 05 Dec 2016 09:29 WIB

Tiga Hal yang Membedakan People Power 212 dan Parade 412

Sejumlah massa  turut memeriahkan Aksi Damai 'Kita Indonesia' di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (4/12).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah massa turut memeriahkan Aksi Damai 'Kita Indonesia' di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (4/12).

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA -- Peneliti LSI Denny JA menulis artikel tentang beda demonstrasi 2 Desember dan 4 Desember. Artikel yang ditulis di laman Facebook-nya  berjudul, 'Beda People Power 2 Des (212) dan Parade 4 Des (412)'

"Baru saja kita selesai dilezatkan oleh people power 2 desember 2016 (212). Kini di hari Minggu, kita juga digurihkan oleh Parade 4 desember 2016 (412). Keduanya karya anak bangsa, sama menyentuh, mewarnai keindonesiaan kita," tulis Denny, kemarin.

Melihat detil kedua event itu, menurutnya terasa ada tiga perbedaan nuansa. Pertama, people power 212 memang lebih dramatik. Sebelum acara 212, sudah mendengar aneka hambatan kepada bus dan lain-lain agar tidak mengangkut warga daerah ke Jakarta. Bahkan terdengar kabar 212 dilarang.

Tapi itu tak menyurutkan tekad. Ribuan umat ikhlas jalan kaki ratusan kilo agar bisa ke Jakarta. Tak peduli ada izin atau tidak. Ada pula yang kemudian saling membantu membeli tiket pesawat, dan pergi bersama mencarter satu pesawat.

"Ada pengumuman dari masyarakat yang menyediakan tempat menginap gratis. Di pinggir jalan raya, banyak gadis dan ibu dengan dana sendiri menyediakan makan dan minum untuk peserta," katanya.

Kapolri akhirnya mencari jalan kompromi. Niat even 212 mustahil dinihilkan. Lokasi pindah dari jalan raya utama ke Monas.

Baca juga, Di Mana Makna Kita Indonesia dalam Aksi 412.

Di even 212, peserta bersama menyemut dalam doa. Itu kerumunan paling besar dalam sejarah. Ekspresi wajah mereka lebih menyala. Banyak yang menangis haru dalam doa. Hujan yang mengguyur Monas dan mereka yang bertahan di tempat, menambah pesona drama event itu.

Aneka drama di atas, kata Denny, tidak terasa dalam parade Kita Indonesia. Walau meriah dan juga ramai, parade 412 kurang pekat emosi, dan lebih hambar, walau pesan utamanya sangat penting tentang keberagaman Indonesia.

Ibarat film, even 212 lebih menggugah emosi, lebih dramatik, lebih greget dibandingkan 412.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement