Senin 05 Dec 2016 12:06 WIB

Penantian 10 Tahun Muslim Athena

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Winda Destiana Putri
Muslimah Yunani saat shalat berjamaah di depan kampus Universitas Athena.
Foto: AP
Muslimah Yunani saat shalat berjamaah di depan kampus Universitas Athena.

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Sebuah Undang-Undang yang mengizinkan pembangunan Masjid di Athena, telah disahkan pada 2006 silam. Namun, UU tersebut ditentang oleh sejumlah kelompok sayap kanan sehingga pembangunan Masjid tidak kunjung dilakukan.

Mereka bahkan menggunakan gudang yang direncanakan akan dibangun Masjid, sebagai tempat penampungan tunawisma. Aksi mereka berakhir setelah mereka ditangkap oleh polisi pada awal November lalu. Setelah penantian selama 10 tahun, Stamou dan Elghandour, serta umat Muslim lainnya di Athena, berharap kebebasan beragama di daerah mereka bisa terwujud dengan dibangunnya sebuah Masjid resmi.

Awal tahun ini, pemerintah memberikan kontrak kepada konsorsium perusahaan konstruksi untuk membangun sebuah Masjid dengan biaya 1 juta euro atau Rp 14,2 miliar. Pembangunan diperkirakan akan selesai dalam enam bulan ke depan.

Kelompok sayap kanan telah menyerang puluhan Masjid tidak resmi di Athena selama lima tahun terakhir. Insiden terbesar terjadi saat mereka mengunci puluhan jamaah yang sedang beribadah di sebuah gudang dan membakarnya.

Sebuah partai sayap kanan, Golden Dawn, juga melakukan protes di Parlemen mengenai lokasi pembangunan Masjid. Mereka menolak Masjid dibangun dekat dari situs warisan dunia dari Acropolis. "Ini adalah bagian dari kebijakan yang lebih luas untuk melemahkan bangsa kita. Mereka tidak mengakui bahwa mereka menginginkan negara sekuler. Tapi kami, nasionalis Yunani, akan mengatakan kepada mereka: negara ini dibangun dari darah para pejuang revolusi 1821 dan didirikan atas nama Tritunggal Mahakudus. Ini adalah negara Yunani Ortodoks," ujar Nikos Michaloliakos, pemimpin partai Golden Dawn.

Pihak yang menentang pembangunan Masjid mengklaim telah mendapat dukungan dari Gereja Ortodoks Yunani. Mereka banyak berkumpul sambil membawa spanduk yang bertuliskan "Hentikan Islam." "Menurut saya, itu (pembangunan Masjid) bisa ditunda sampai ada klarifikasi apakah para pengungsi Muslim memiliki hak untuk tinggal di Yunani. Kalau mereka hanya lewat, mengapa kita membutuhkannya?" ungkap Uskup Agung Ieronymos, kepala Gereja Ortodoks Yunani, dalam sebuah wawancara di Skai TV.

Uskup Agung Ieronymos mengatakan, kedatangan pengungsi Muslim di Eropa merupakan bagian dari rencana untuk melakukan Islamisasi. "Ini adalah bagian dari rencana. Sebuah rencana yang terorganisir dengan baik," katanya.

Bagi Stamou, Elghandour, dan ribuan Muslim lainnya, Masjid merupakan kebutuhan untuk semua Muslim, tak peduli berasal dari Yunani atau luar Yunani. Stamou dan Elghandour mengatakan, mereka akan mencoba membesarkan anak-anak tanpa membuat mereka merasa bahwa mereka adalah bagian dari minoritas di tanah air sendiri. "Bukankah Yesus sewaktu bayi adalah pengungsi saat ibunya membawanya pergi untuk menyelamatkannya? Bukankah itu berarti dia juga adalah seorang imigran?" ungkap Elghandour.

Ia mengungkapkan, anak-anaknya akan merasakan perbedaan antara Ortodoks Yunani dengan Muslim Yunani. Mereka akan bertanya mengapa mereka tidak memiliki tempat beribadah yang indah seperti gereja yang ada di daerah mereka. "Kami (orang dewasa) biasa berkumpul di ruang bawah tanah untuk berdoa sehari-hari, tapi saya melihat generasi kami selanjutnya tidak senang," kata Elghandour.

Saat ini, ia mengaku anak-anaknya terus bertanya kapan Masjid Athena akan siap digunakan. Keluarganya berharap dapat bisa merayakan Ramadhan tahun depan di sebuah Masjid di kampung halaman mereka sendiri. "Mungkin kita akan menyediakan iftar untuk berbuka puasa dan makan malam di sana," kata mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement