REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Perdana Menteri Italia Matteo Renzi mengakhiri karir kepemimpinannya pada Senin (5/12). Ia memenuhi janjinya untuk mengundurkan diri jika hasil referendum menyatakan demikian.
"Saya kalah dan posisi yang dieliminir adalah milik saya," kata Renzi beberapa jam setelah penghitungan suara ditutup. Ia menegaskan pengalaman pemerintahannya telah berakhir.
Hasil akhir referendum menunjukkan 40,9 persen mendukung Renzi dan 59,1 persen tidak. Sekitar 33 juta penduduk atau lebih dari dua pertiga pemilih terdaftar menunaikan haknya.
Senin sore, Renzi pergi ke Quirinal Hill untuk menyerahkan surat pengunduran diri resmi pada Presiden Sergio Mattarella. Sementara, gerakan Five Star yang mengampanyekan tidak untuk Renzi merayakan kemenangan anti-reformasi mereka.
Tak hanya menguatkan kelompok populis tersebut, hasil referendum juga membawa manfaat bagi partai lainnya. Seperti kelompok anti-imigran Northen League, sekutu partai kanan Prancis pimpinan Marine Le Pen.
Pilihan 'tidak' juga berarti teguran untuk industri, bank dan institusi pembangunan Italia lainnya. Hal ini dinilai menakutkan bagi para investor.
Jajak pendapat menunjukkan partai Demokrat pimpinan Renzi sama kuat dengan Gerakan Five Star. Selama ini, Renzi fokus pada upayanya memperkuat pemerintah pusat dan melemahkan Senat, majelis rendah parlemen.
Sejumlah pihak menentangnya, termasuk dari internal partai. Mereka menilai reformasi itu akan memberi kekuasaan terlalu besar untuk PM. Parlemen menyetujuinya.
Referendum pada Sabtu lebih dari menilai reformasi konstitusi. Ajang ini menjadi agenda penolakan pada rencana pembangunan politik Renzi. Five Star yang dimotori oleh Beppe Grillo sejak awal mengampanyekan tidak.