REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Bunyi Kiai Guntur Sari dan Kiai Guntur Madu menandai pembukaan peringatan Sekaten di halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Solo pada Senin (5/12) siang. Bunyi dua gamelan yang merupakan peninggalan masa lampau itu memang menjadi ikon acara Sekaten yang digelar setiap tahunnya.
Warga pun antusias menikmati alunan nada dua gamelan yang ditabuh oleh para abdi dalem Keraton. Sekaten, merupakan acara yang digelar untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kanjeng Pangeran Aryo Winarno Kusumo menjelaskan, Sekaten merupakan tanda syukur umat Muslim Solo dimana Allah SWT telah mengirimkan utusan yakni Rasulullah sebagai pembawa rahmat untuk semesta alam. “Semoga berkah, negeri ini aman damai, rakyatnya sejahtera,” tuturnya.
Selain membunyikan sepasang gamelan, Sekaten juga dimeriahkan dengan pedagang tradisional. Beragam menu makanan hingga mainan anak dijual memeriahkan Sekaten.
Kendati demikian, Ketua KPA Winarno Kusumo mengatakan terdapat tiga jajanan tradisional yang khas dan wajib ada saat pelaksanaan Sekaten. Yakni, telur asin, kinang dan pecut jaranan. “Itu selalu ada sejak dulu, kami mencoba untuk menjaga tradisi itu tidak menghilangkannya,” kata dia.
Suyatmi (54 tahun) merupakan salah satu pedagang kinang dan telur asin di Sekaten. Tiap tahun dia mengaku selalu mengikuti acara tersebut. Kinang dijualnya dengan harga Rp 1.000, sedang telur per butir Rp 1.500. “Saya cuma jualan ini saat Sekaten saja, karena sudah turun temurun juga, ingin menjaga tradisi,” kata dia.
Selain itu warga juga dapat menemukan berbagai permainan tradisonal. Sekaten berlangsung selama sepekan dimana acara puncaknya dengan memperebutkan gunungan.