Senin 05 Dec 2016 18:22 WIB

Kapolri: Penangkapan Tersangka Makar untuk Jaga Kesucian Aksi 212

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
  Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/12)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/12)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak Kepolisian memiliki asalan tersendiri menangkap sejumlah orang yang diduga melakukan perbuatan makar. Polisi tidak ingin kericuhan pada Aksi Bela Islam II kembali terjadi pada Aksi Bela Islam III.

Sebab tidak menutup kemungkinan apabila tidak ditangkap, mereka (terduga makar) bakal menjalankan aksinya.

“Pastinya, kita tidak ingin ada pihak lain yang mengganggu kesucian ini. GNPF sendiri yang  bilang, 'pak, tolong jaga supaya nggak ada yang ganggu massa',” ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian, di tengah-tengah Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senin (5/12).

Aksi Bela Islam berjalan tertib. Jutaan umat Islam hadir. Polisi pun melihat sangat gampang para aktor makar memprovokasinya. Karena apabila kericuhan kembali terjadi yang dirugikan adalah umat Islam.

Dari informasi yang diperoleh intelijen, para terduga makar itu akan membajak massa yang ikut aksi 212 untuk menduduki gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI. Kemudian tujuannya adalah untuk menggulingkan pemerintahan sah Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla,melalui sidang istimewa MPR.

"Kalau memang demo-demo biasa depan DPR silakan saja. Tapi kalau memaksa menduduki itu inkonstitusional," kata Tito menegaskan.

(Baca Juga: Polisi Tetapkan Tujuah Orang Tersangka Permufakatan Makar)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement