REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Tanda keseriusan lain para raja soal tetumbuhan adalah mereka tak segan mempekerjakan ilmuwan untuk menata dan mengelola taman-taman kerajaan. Taman Il-Khans di Tabriz misalnya, diawasi oleh seorang ahli botani Persia yang menulis buku tentang tanaman buah.
Penulis panduan bertani dan bertaman al-Tignari juga membuat buku seputar taman bagi raja-raja Taifa di Spanyol, juga untuk pangeran dari Dinasti Almoravid, Tamim. Di taman Sultan Sevilla, seorang penulis bidang botani mencatatkan domestikasi tumbuh-tumbuhan langka dari Iberia dan mengaklimatisasikannya di sana.
Pada abad 12, seorang ahli botani dan kedokteran al-Shafran mengoleksi tumbuhan dari luar Spanyol kemudian menanamnya di taman raja-raja Almohad di Guadix.
Sedangkan, Taman Huerta del Rey di Toledo ditangani oleh dua ahli pertanian, Ibnu Bassal dan Ibnu Wafid. Keduanya melakukan eksperimen pertanian dan menuliskannya dalam buku panduan bertani.
Ibnu Wafid juga menulis buku lain yang berisi nama-nama tumbuhan yang baru diperkenalkan ke Spanyol. Setelah Toledo runtuh pada 1085, Ibnu Bassal dan Ibnu Wafid pindah ke selatan Spanyol dan meneruskan riset mereka di sana. Ibnu Bassal juga membuat kebun raya lainnya di Sevilla.
Taman-taman di abad pertengahan itu yang beberapa di antaranya merupakan taman kerajaan juga jadi ruang bisnis yang menyenangkan sekaligus ruang riset sains yang artistik. Terhubung dengan aktivitas pertanian dan botani dari berbagai daerah, taman-taman ini berperan penting dalam penyebaran tumbuhan yang bermanfaat.
Ketika dunia Islam telah berhasil menciptakan taman-taman indah penuh makna, bangsa Eropa baru dapat menghadirkan taman-taman serupa beberapa abad kemudian.