Selasa 06 Dec 2016 08:27 WIB

Awal 2017, Usaha Kreatif Diharap Bisa Mengakses KUR

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Pengunjung memperhatikan salah satu produk kreatif yang dipamerkan dalam pameran ekonomi kreatif Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan BI di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (26/8).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengunjung memperhatikan salah satu produk kreatif yang dipamerkan dalam pameran ekonomi kreatif Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan BI di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) berharap pelaku usaha kreatif sudah dapat mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada awal 2017. Ketua Bidang Ekonomi Kreatif BPP Hipmi Yaser Palito mengatakan pemerintah harus sesegara mungkin menuntaskan prosedur memperoleh KUR bagi pelaku usaha kreatif

“Prosedur, mekanisme, dan platform KUR untuk industri kreatif sebaiknya segera tuntas agar tahun depan langsung tancap gas,” ujar Yaser melalui siaran pers, Senin (5/12).

Dia mengakui, pemberian KUR kepada usaha kreatif memang tidak mudah. Sebab, rata-rata usaha ini bermasalah dengan pembukuan, aset, dan penjaminan. Untuk itu, Badan Ekonomi Kreatif sebaiknya memiliki database yang memadai akan pelaku usaha kreatif sehingga perbankan mendapat referensi nasabah yang aman untuk dibiayai,

Yaser mengatakan, usaha kreatif memiliki pola bisnis yang berbeda dari bisnis lainnya. Hal ini karena, nilai proyek yang berputar di usaha ini sangat besar tetapi bisnis ini tidak membukukan aset fisik yang besar. “Makanya, selalu ada masalah dengan kolateral industri kreatif dianggap tidak bankable oleh bank. Sebab itu, perlu ada skema tersendiri seperti KUR untuk industri ini,” ujar dia.

Hipmi memperkirakan industri berbasis kreatifitas ini tumbuh signifikan tahun ini dan memberi kontribusi atas Produk Domestik Bruto menembus delapan persen. Salah satu penyebab sektor ini tumbuh cukup pesat dikarenakan animo dan antusiasme para pekerja muda usia produktif. Sektor ini bahkan menjadi lapangan kerja dan usaha primadona bagi pekerja muda dan usia produktif. Ekonomi kreatif di Indonesia juga tumbuh dan berkembang menjadi sektor ekonomi yang memiliki peranan strategis bagi perekonomian.

Meski kinerja sektor lain seperti komoditas dan pertambangan menurun, tetapi sektor kreatif dinilai tetap mengkilap tahun depan. Sektor ini juga terbukti cukup kuat menopang perekonomian meski terjadi pelemahan pertumbuhan ekonomi sejak awal tahun. "Pemerintah harus memberi perhatian khusus kepada sektor ini tahun depan. Di tengah lemahnya kinerja ekspor yang berbasis komoditas sumber daya alam, sektor ekonomi kreatif menyimpan potensi industri yang sangat besar sebab berbasis kreativitas dan inovasi," ujarnya.

Hipmi juga memperkirakan, sektor ini akan masuk dalam lima besar penggerak ekonomi nasional. Selama ini sektor ekonomi kreatif saat ini menempati posisi ketujuh dari 10 sektor ekonomi nasional dengan menyumbang PDB senilai Rp 573,89 triliun dari total ekonomi nasional. Hipmi mencatat, peranan ekonomi ini dalam penciptaan lapangan kerja juga kian strategis.

Ekonomi kreatif menempati posisi ke-4 dari 10 sektor ekonomi dalam kategori jumlah tenaga kerja. Selain itu, ekonomi kreatif menyumbang 11.799.568 orang atau 10,65 persen pada total angkatan kerja nasional yang sebesar 110.808.154 orang.

Periode 2010-2013 industri kreatif rata-rata dapat menyerap tenaga kerja sekitar 10,6 persen dari total angkatan kerja nasional. Itu didorong oleh petumbuhan jumlah usaha di sektor industri kreatif pada periode tersebut sebesar satu persen‎.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement