Selasa 06 Dec 2016 08:42 WIB

Wapres Filipina Mundur dari Kabinet dan Pimpin Oposisi Lawan Duterte

Presiden Filipina Rodrigo Duterte (kanan) bersama Wakil Presiden Leni Robredo
Foto: REUTERS/Erik De Castro
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (kanan) bersama Wakil Presiden Leni Robredo

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Wakil Presiden Filipina Leni Robredo mundur dari kabinet pada Senin tapi bertekad memimpin oposisi dan menantang kebijakan Presiden Rodrigo Duterte, termasuk perang mematikannya terhadap narkotika dan upaya menerapkan kembali hukuman mati.

Robredo, yang akan tetap wakil presiden, sering bentrok dengan Duterte dan memutuskan mundur dari peran kementeriannya sesudah diperintahkan melalui pesan singkat untuk tidak hadir dalam sidang kabinet.

Wanita itu terpilih menjadi wakil presiden pada Mei dalam pemilihan terpisah dan bukan pasangan Duterte dalam pemilihan presiden negara kepulauan tersebut. Robredo membaharui peringatannya akan kemunculan komplotan untuk menggesernya dari jabatan nomor dua dan menyatakan perintah dari Duterte itu sama artinya dengan dipecat.

"Jika Anda tidak diizinkan menghadiri sidang kabinet, apa artinya?" katanya pada jumpa pers. "Saya akan menjadi pemimpin oposisi. Saya akan menentang kebijakan yang akan merugikan rakyat," katanya.

Semua itu termasuk hukuman mati, menurunkan usia pertanggungjawaban pidana dan dugaan pembunuhan di luar hukum sebagai bagian dari tindakan keras terhadap narkotika, yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Duterte menerima undur diri Robredo dari jabatan menteri perumahan "dengan berat hati", kata juru bicaranya, Ernesto Abella. Robredo, 52, mantan pengacara dan pegiat kemasyarakatan, menang pemilihan wakil presiden pada Mei dengan angka tipis, mengalahkan Ferdinand Marcos Jr, putra dari penguasa, yang digulingkan dalam pemberontakan pada 1986.

Marcos, yang lebih dikenal dengan julukan "Bongbong", mengajukan banding ke Mahkamah Agung untuk penghitungan ulang, yang Robredo katakan dia yakin menang. Robredo tidak merinci dugaan komplotan untuk "mencuri" jabatan wakil presidennya, tapi mengatakan Marcos menyertai Duterte dalam kunjungan resmi ke Cina pada Oktober mengisyaratkan itu.

Pengacara Marcos, Vic Rodriguez, mengeluarkan pernyataan mengatakan undur diri Robredo "terlambat dan sangat jelas bersikap bermusuhan". Ia menggambarkan pernyataan Robredo tentang komplotan untuk menggesernya sebagai kemunafikan.

"Jabatan wakil presiden memang sudah dicuri dan pencurinya tidak lain adalah nyonya Robredo," kata Rodriguez.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement