REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah menekankan perlunya meningkatkan kompetensi relawan bencana melalui sertifikasi profesi. Hal ini untuk memperbaiki kerja tenaga relawan baik dalam kompetensi dan koordinasi dengan berbagai pihak dalam penanggulangan bencana.
Pimpinan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Ahmad Muttaqin Alim mengatakan sebagai tenaga bantuan bencana, sekadar menjadi relawan saja tidaklah cukup saat ini. Menurutnya butuh kualitas antar klaster relawan ketika bencana, baik yang tergabung bersama BNPB dan Lembaga Sertifikasi Profesi Penanggulangan Bencana (LSP PB).
"Sertifikasi relawan kebencanaan saat ini harus mulai didorong. Kompetensi, kontrol kualitas serta peningkatan pengetahuan bagi relawan memang peting agar seseorang tidak sekedar menjadi relawan," Alim dalam diskusi Hari Relawan Internasional di Yogyakarta, Senin (5/12).
Relawan kebencanaan di Indonesia kini, menurutnya harus memiliki kompetensi yang standar. Sehingga bukan sekedar terjun di lapangan dan lokasi bencana sebagai relawan, tanpa kemampuan dan kompetensi penanggulangan bencana.
Unsur Pengarah BNPB, Rahmawati Husein menambahkan dibentuknya sertifikasi relawan oleh BNPB sendiri ialah sebagai peningkatan kapasitas relawan sesuai dengan kebutuhan dikala bencana. Menurutnya, peningkatan kompetensi relawan sesuai dengan kebutuhan kala bencana menjadi salah satu dasar dibentuknya Lembaga Sertifikasi Profesi Penanggulangan Bencana ini.
"Tujuannya agar relawan dapat melakukan aksi kemanusiaan secara efektif dan efisien," katanya.
Ke depan, kata dia, dengan adanya sertifikasi ini, relawan dapat mengetahui akan kompetensi sesungguhnya yang ia miliki ketika merespons bencana. Bagi BNPB sendiri, tatkala para relawan sudah tersertifikasi, kita mampu memetakan serta menguatkan kompetensi relawan melalui pelatihan–pelatihan yang diselenggarakan nantinya.