REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebutkan wilayah selatan Filipina akan menjadi basis berkembangnya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Asia Tenggara. Penggunaan senjata yang bebas jadi salah satu alasannya.
"Filipina selatan disiapkan sebagai basis ISIS di Asia Tenggara. Di sana, penggunaan senjata itu bebas," tutur dia, saat membuka agenda pembahasan revisi Undang-undang nomor 15 2003 tentang pemberantasan terorisme, di Jakarta, Selasa (6/12).
Pemilihan wilayah selatan Filipina sebagai basis ISIS ini, menurut Gatot, bukanlah kebetulan. Ia memandang, konflik ISIS terjadi karena persoalan energi. Energi fosil yakni minyak tentu akan habis dan kemudian akan berganti dengan energi hayati yang berada di negara-negara ekuator.
"Arab spring berpindah ke ekuator. Tidak kebetulan Filipina selatan disiapkan sebagai basis ISIS," tambah dia.
Di wilayah tersebut, selain penggunaan senjata yang bebas, juga banyak terjadi penyanderaan yang diniatkan demi memperoleh uang tebusan. "Pembajakan sandera dengan tebusan untuk biaya," kata dia.
Pemilihan wilayah selatan Filipina ini tentu harus diwaspadai juga oleh Indonesia. Sebab, keberadaan basis ISIS di Filipina selatan menjadi alasan untuk melakukan pengembangan jaringan hingga ke Indonesia. Apalagi, letaknya itu berdekatan dengan daerah Tarakan dan Poso. "Itu markas untuk mengembangkan ke Indonesia karena dekat ke Poso, dan daerah lainnya," ujar dia.