REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kabupaten Subang mencatat sedikitnya ada 120 warga di wilayah ini meninggal akibat penyakit tersebut. Saat ini, jumlah penderita mencapai 1.276 orang. Penyebaran HIV/AIDS di wilayah ini memang sangat masif. Apalagi, sejak tren penularannya berubah dari menggunakan jarum suntik (narkoba) ke seks bebas.
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kabupaten Subang, Maxie, mengatakan, kasus terakhir kematian warga akibat HIV/AIDS, yakni menimpa anak perempuan di bawah umur. Anak tersebut, baru berusia sembilan tahun. Sempat dirawat di sejumlah RS. Tapi kondisinya terus memburuk.
"Sampai nyawanya tak terselamatkan," ujarnya, Selasa (6/12).
Menurut Maxie, dari 1.276 penderita HIV/AIDS tersebut, 53 penderita di antaranya masih di bawah lima tahun. Kemudian, 15 lainnya merupakan ibu rumah tangga yang sedang hamil. Lima warga lainnya saat ini menjelang proses melahirkan. Karena itu, pihaknya terus mengawasi kelima ibu hamil tersebut. Bahkan, pihaknya berharap anak-anak yang baru lahir itu, akan terbebas dari penyakit mematikan tersebut.
"Anak-anak ini tak berdosa. Mudah-mudahan, mereka lahir dalam keadaan sehat," ujarnya.
Maxie menyebutkan, mayoritas penderita HIV/AIDS tersebut, merupakan perempuan pekerja seks komersial (PSK). Kemudian ibu rumah tangga, PNS, TNI-Polri, mahasiswa dan pelajar. Rata-rata mereka masuk ke usia produktif yaitu antara 22-39 tahun. "Namun, ada juga yang usianya 60 tahun terinfeksi penyakit ini," ujarnya.
Jika dilihat dari wilayah penyebarannya, lanjut dia, dari 30 kecamatan ini, Kecamatan Subang paling subur penyebarannya. Kemudian, disusul Kecamatan Legon Kulon dan Patokbeusi. Selain itu, ada juga wilayah yang dulunya bersih, saat ini sudah mulai terserang yakni di wilayah selatan Subang.