Selasa 06 Dec 2016 17:34 WIB

Surabaya Jadi Contoh Gerakan Budaya Bersih dan Senyum

Rep: Binti Sholikah/ Red: Indira Rezkisari
Sebagian Kota Surabaya terlihat dari salah satu gedung bertingkat di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (21/10).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Sebagian Kota Surabaya terlihat dari salah satu gedung bertingkat di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --- Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Kedeputian Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim mendorong gerakan budaya bersih dan senyum untuk mendukung pembangunan sektor pariwisata di Indonesia. Salah satu upayanya melalui Rakor Percepatan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum di Balaikota Surabaya, Selasa (6/12).

Peserta Rakor terdiri atas 50 kepala daerah se-Indonesia. Kepala daerah yang diundang ini wilayahnya masuk dalam kategori 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan kawasan strategis pariwisata lainnya.

 

Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan mengatakan, Indonesia dihadapkan pada masalah serius terkait sampah. Bahkan, sebuah data menyebutkan, Indonesia hanya kalah dari Cina dalam hal penghasil sampah. Sampah-sampah tersebut tidak hanya berada di darat, melainkan juga di kawasan perairan seperti pantai. Hasil penelitian juga menyebutkan sampah di laut tersebut dimakan ikan yang kemudian dikonsumsi manusia. Hal ini sangat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, Kemenko Bidang Kemaritiman melakukam program GBBS.  

Terlebih, pemerintah telah menargetkan kunjungan 20 juta ke Indonesia hingga 2019. Hal ini akan menjadi sumber penerimaan devisa bagi negara. Untuk mencapai itu, pemerintah sudah menetapkan 10 destinasi wisata prioritas seperti Danau Toba, Gunung Bromo, Pulau Komodo dan beberapa tempat. Budaya bersih dan senyum menjadi salah satu pendukung tercapainya target tersebut.

“Saya titip kepada wali kota dan bupati untuk ikut menyukseskan program ini. Pemerintah daerah bisa ikut berperan. Kuncinya adalah keteladanan,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Luhut juga mengapresiasi penanganan sampah di Surabaya. Menurutnya, Surabaya menjadi salah satu contoh pengelolaan sampah menjadi energi listrik. Ia mengklaim pemerintah tengah mengerjakan penanganan sampah di laut melalui konverter agar dialihkan menjadi energi listrik.

"Surabaya punya model bagus. Kita jangan belajar ke luar negeri melulu. Surabaya, Banyuwangi dan daerah lainnya bisa menjadi tempat untuk belajar," ungkapnya.

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menyatakan Indonesia memiliki potensi luar biasa di bidang pariwisata dan kemaritiman. "Sayang kalau kita tidak bisa ambil karena hal-hal remeh, misalnya kotor, warga tidak welcome. Padahal dengan adanya turis maka destinasi kita akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," jelasnya kepada wartawan.

Menurut Risma, sapaan akrabnya, pengelolaan sampah di Surabaya telah menggunakan teknologi yang mengubah sampah menjadi listrik. Ia berharap pada 2019 pengelolaan sampah ini menghasilkan listrik 9 Mega Watt. "Investor sudah siap ngajukan, itu 2019 selesai konstruksi nah investor siap ngajukan untuk 2018, jadi 2018 Insya Allah kita sudah punya 10 MW," ujarnya.

Upaya lainnya, Pemkot Surabaya sengaja meninggikan pagar jembatan agar warga tidak bisa sembarangan membuang sampah ke sungai. Sebab, sampah yang mengalir ke laut akan sangat membahayakan bagi manusia. "Jangankan ikan, mangrove pun mati dengan adanya sampah2 plastik tadi," kata Risma.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement