Selasa 06 Dec 2016 20:01 WIB

Ahok Sebut Banjir di Jaksel tidak Seharusnya Terjadi

Rep: Dian Fath/ Red: Indira Rezkisari
Warga negara asing menggunakan sepeda saat melintasi banjir di kawasan Kemang, Jakarta, Jumat (11/11).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A.
Warga negara asing menggunakan sepeda saat melintasi banjir di kawasan Kemang, Jakarta, Jumat (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengatakan masalah banjir di wilayah Jakarta Selatan sebagian besar disebabkan oleh pembangunan perumahan mewah atau apartemen. Padahal tidak seharusnya wilayah Jakarta Selatan mengalami banjir.

"Seharusnya, tidak ada ceritanya Jakarta Selatan. Karena selatan posisinya lebih tinggi dari utara, tapi hampir banjir terjadi di selatan dan di timur pinggir. Dan ketika saya datang ke tempat-tempat yang dibilang banjir, saya temukan dan cek semua sama. Samanya gimana, pasti semua kampung itu di kelilingi oleh tembok perumahan," ujar Ahok saat kampanye blusukan di Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (6/12) sore.

Pernyataan Ahok tersebut diaminkan oleh Eko Suheri, warga Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. Pria berusia 51 tahun itu mengungkapkan sejak dibangunnya Perumahan  Lembong yang berada tepat di depan perkampungannya, permukiman padat itu jadi sering tergenang banjir.

"Sudah sekitar 10 tahun lalu, setiap hujan sering banjir, sejam hujan tinggi rata-rata sekitar 60 cm," jelasnya.  

Mendengar keluhan itu, Ahok mengungkapkan pernah menolak izin pembangunan apartemen di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. "Yah orang marahlah sama saya, saya mau beginilah mau jual dengan harga yang pantas," kata Ahok.

Ahok mengklaim, jika dirinya mengizinkan pengembang untuk membuat apartemen atau perumahan, maka akan menyebabkan banjir di wilayah tersebut, khususnya perkampungan padat penduduk. "Izinnya memang boleh apartemen bisnis kalau saya kasih izin apartemen dia pasti bikin tinggi kan, pasti di sekelilingnya akan dibuat tembok seperti ini (tinggi), perkampungan pasti tenggelam. Makanya, kalau misal tanah itu dijual kami mau beli dan bikin embung, kan kami mau buat 39 embung lagi," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement