REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok menuduh ada oknum yang tidak suka dengan dirinya. Tuduhan itu terkait ditariknya Kartu Jakarta Pintar (KJP) terhadap beberapa siswa SD 03 Cipete Selatan, Jakarta Selatan.
Menurut warga yang melapor, Waini (59 tahun), KJP atas nama cucunya Muhammad Nurul Nafis dicabut tanpa pemberitahuan sekolah terlebih dahulu. "Banyak yang dicabut, lebih dari 10 anak. Dicabut dari tahun kemarin, gak ada pemberitahuan di awal," kata ibu itu pada Ahok saat kampanye blusukan di Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (6/12).
Mendengar hal tersebut, Ahok mengakui KJP banyak dicabut karena memang perintah dirinya. "Kalau anaknya berantem atau anaknya punya handphone mewah makanya kami cabut," ujar kata Ahok.
Namun, warga yang mengeluhkan menyatakan, KJP yang dicabut bukanlah milik siswa SMP atau SMA yang memiliki riwayat perkelahian atau memiliki handphone, melainkan siswa SD kelas 3 dan kelas 2.
"Makanya kami mau cek, alasannya apa? bisa juga guru atau kepala sekolah jahat, sengaja dipotong, supaya orang marah. Kalian pikir semua guru suka sama saya? enggak," kata Ahok.
Cara tersebut, sambung Ahok, digunakan agar para warga membenci dirinya dan memilih calon gubernur lain yang memberikan janji yang menggiurkan. Menurut dia, calon gubernur (cagub) Anies Baswedan-Sandiaga Uno menjanjikan program yang sama dengan layanan lebih beragam, termasuk pencairan uang KJP. "Supaya orang benci sama Ahok, terus ganti Gubernur yang KJP+ kok," sindir Ahok.
Lebih lanjut, Ahok menjelaskan, bila dilihat secara politik, dengan program KJP hingga Rp 2,5 triliun, sebenarnya dirinya bisa langsung memberi bantuan tunai secara cuma-cuma kepada para warga Jakarta. "Tapi itu didik rakyat gak? gak. Nah makanya bagi saya itu sila ke-5 keadilan sosial bukan bantuan sosial," kata Ahok.
Ahok meminta agar warga yang mengeluhkan KJP atas nama anaknya terkena pencabutan, termasuk pengajuan KJP untuk warga kurang mampu yang tidak disetujui, segera dilaporkan. Dirinya berjanji untuk segera menyelesaikan persoalan tersebut.
"Tinggal lapor pada kami. Karena kami gak tahu juga dibawah siapa yang main. Kalau kamu biasa korupsi gede, tiba-tiba jaman Ahok gak bisa pungut, kamu dendam gak kira sama Ahok? ya dendam lah," tuntasnya.