REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Menteri Hal Ehwal Ugama Brunei Darussalam, Awang Badaruddin bin Haji Awang Othman mengingatkan pentingnya pandangan Islam tentang hak asasi manusia (HAM). Ia menegaskan, HAM dalam perspektif Islam harus jadi rujukan utama.
"Nilai-nilai HAM secara universal dapat diterima selama tidak menentang ajaran Islam," kata Awang saat memberi sambutan di acara Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) ke-17 di Kuala Lumpur, Selasa (6/12).
Ia menerangkan, selama ini umat memang berhadapan dengan dua perspektif tentang hak asasi manusia, yaitu dalam Islam dan ketetapan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tapi, Awang menekankan dua perspektif itu harus dipahami dalam konteks latar belakang manusia yang memang telah diciptakan berbeda.
Untuk itu, ia mengingatkan perbedaan yang ada harus bisa dijadikan dasar saling mengenal dan memberi apresiasi, bukan malah saling membenci satu sama lain. Awang turut berharap tema HAM dalam Perspektif Islam yang diangkat MABIMS dapat dibentangkan dan dijadikan rujukan.
Resolusi yang telah disepakati, lanjut Awang, harus bisa difungsikan ke tengah masyarakat dan menjadi sumbangsih MABIMS dan terjalinnya kerja sama negara-negara serantau. Ia menambahkan, resolusi yang ada tentang HAM dalam Perspektif Islam harus pula dijadikan strategi rumusan MABIMS untuk menjalani kehidupan.
"Strategi MABIMS mewujudkan kehidupan yang harmonis," ujar Awang.
MABIMS merupakan forum menteri agama yang diselenggarakan dua tahun sekali untuk membahas berbagai persoalan umat Islam.