REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak mencatat delapan warga meninggal dunia dan lima mengalami luka parah akibat diterjang longsoran tanah setelah diguyur hujan deras di daerah itu.
"Kedelapan warga yang tewas itu diantaranya enam korban longsoran tanah di Blok Cikopo Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Desa Citorek Timur, Kecamatan Cibeber dan dua lainnya di Desa Cikatomas, Kecamatan Cilograng," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi di Lebak, Selasa.
Bencana longsoran yang menewaskan delapan warga itu antara lain bernama Juandi (45), Endi (27), Adta (50), Endar (30), Uhen (30), Idik (35), Muktar (55) dan Rika (15). Sedangkan, luka berat atas nama Nendi (35), Maya (30), Elen (35), Mintarsih (50) dan Ali (35). "Semua korban longsoran tanah itu warga Kabupaten Lebak," katanya.
Menurut dia, peristiwa bencana longsoran tanah tersebut setelah diguyur hujan deras di daerah itu.
Intensitas curah hujan dengan kapasitas ringan serta sedang juga berlangsung terjadi pagi, siang, sore, malam dan dinihari.
Namun, jumlah korban bencana longsoran tanah tersebut terbanyak di Blok Cikopo TNGHS.
Mereka para korban itu diduga penambang emas ilegal sebanyak enam orang meninggal dunia dan tiga lainnya luka berat.
Sedangkan, dua korban tewas dan dua lainnya mengalami luka serius akibat tertimpa reruntuhan rumah. "Kami minta warga Lebak yang tinggal di perbukitan, pegunungan dan bantaran sungai agar meningkatkan kewaspadaan bencana alam," katanya.
Ia mengatakan, BPBD memetakan sebanyak 16 kecamatan masuk kategori rawan longsor karena lokasinya perbukitan dan pegunungan juga daerah aliran sungai (DAS).
Dari 16 kecamatan itu, adalah Lebak Gedong, Cibeber, Cipanas, Muncang, Cirinten Gunungkencana, Sobang, Cilograng, Bayah, Muncang, Cibadak, Bojongmanik, Cimarga, Rangkasbitung, Leuwidamar, dan Cihara.
"Kami selalu mengingatkan warga tetap waspada guna mengurangi risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa," katanya.