REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi super damai yang dilakukan pada 2 Desember dinilai memberikan sensasi spiritual bagi yang mengikutinya. Mohamad Soleh, penulis buku Smart Empowerment Technique sebagai salah satu peserta aksi mengatakan sensasi spiritual sangat terasa dalam perjalanan.
Dalam keadaan jalan merayap dan beriringan ada sholawat dan takbir yang saling sahut menyahut, ibu-ibu yang membagikan makanan gratis, dan tidak bubarnya sholat Jumat karena hujan deras. "Biasanya dalam event apapun, orang-orang akan bubar otomatis, sedangkan hari ini ada keajaiban yang membuat setiap orang rela dirinya kehujanan dan tetap diam ditempat untuk mendengarkan ceramah Jumat dan sholat. Sensasi khusyu’ dan menyentuh hati terasa sekali ketika sholat jumat berjamaah," kata dia.
212, Bukti Empowering Indonesia yang Fenomenal
Soleh mengatakan ada toleransi yang luar biasa terjadi. Ketika semua orang awalnya berebutan untuk masuk ke stasiun, mendadak berhenti, ketika ada aba-aba untuk mengutamakan wanita, anak kecil dan lansia untuk segera bisa masuk ke stasiun dan naek kereta. Para pria dewasa, kata dia, rela berjam-jam saling berdesak-desakan dan menunggu untuk memberikan jalan para wanita, anak kecil dan lansia bisa lewat dan didahulukan.
"Jarang atau bahkan belum pernah saya mengalami hal ini. Inilah sensasi spiritual yang menyejukkan, damai dan membekas sepanjang masa. Semoga tujuan aksi ini dirishoi Allah dan terwujud," katanya.
Soleh mengaku pernah terlibat dalam mengelola demo beberapa kali diawal tahun 1998. Saat Indonesia masih sepi dengan demo menuntut penghapusan KKN, menurunkan Soeharto. Ketok tular terjadi dan menyebar keseluruh kota-kota besar di Indonesia, kala itu, bahkan terjadi kerusuhan dimana-mana.
"Saya pernah menghadapi Demo para buruh, ketika saya berperan sebagai Supervisor HRD. Itupun ada situasi kerusuhan yang terjadi. Namun, kali ini demo nya benar-benar sensasi baru yang takkan pernah terlupakan," kata dia.