REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Sebagai upaya menghapus stigma mengenai agama Islam dan pengikutnya, warga Canberra, Australia didorong ikut kegiatan 'Meet a Muslim' untuk menanyakan segala hal yang dipikirkan mengenai Islam. Acara pertama kegiatan ini digelar Senin (5/12) malam, saat sejumlah warga Muslim coba menjawab semua pertanyaan puluhan warga Canberra.
"Kami selalu ingin menggelar event seperti ini karena menyadari kuatnya interaksi dasar sesama manusia," ujar penyelenggara, Saba Awan.
"Hal yang sangat mendorong kami adalah hasil polling September lalu yang menyebutkan 49 persen warga Australia mendukung pelarangan imigran Muslim dan bagi kami hal itu merupakan pukulan keras bagi sistem. Kami pikir, jika memang begitu keinginan orang, kami harus berbuat sesuatu. Kami tak bisa kesal atau marah, melainkan harus coba merangkul dan bicara dengan mereka," kata Awan.
Mengapa mau hadir?
"Sangat penting untuk membangun hubungan dengan orang lain yang tidak sama dengan kita," kata Rachel, salah seorang warga yang hadir.
"Sebagai guru kami menyebut diri pembelajar seumur hidup ... Dan tak ada salahnya mendapatkan informasi faktual sebab banyak di informasi, saya kira, tidak akurat," kata Peter, warga lainnya.
"Saya tertarik mengetahui bagaimana mereka menghadapi kaum konservatif, atau pandangan yang cenderung ke kanan di Australia, dan bagaimana hal itu mempengaruhi mereka dan perpolitikan di kalangan masyarakat Islam," kata warga lainnya, Luke.