REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya Eko Prasetyo mengingatkan masyarakat nelayan dan pelayaran agar lebih waspada potensi terjadinya angin kencang dan gelombang tinggi dampak datangnya "musim baratan".
"Awal 'musim baratan' sudah mulai awal Desember. Pada musim ini peluang terjadi angin kencang dan gelombang tinggi di sejumlah perairan sangat besar, sehingga dapat membahayakan," katanya di Surabaya, Rabu (7/12).
Menurut dia, pada musim baratan atau monsun baratan angin rata-rata bertiup dari arah barat hingga barat laut dan biasanya bertiup pada bulan Oktober hingga April setiap tahunnya.
Pada musim baratan yang juga sebagai salah satu indikator musim hujan di Indonesia, kecepatan angin cukup kencang, bisa lebih dari 50 kilometer per jam dengan tinggi gelombang laut mencapai 2-3 meter.
Namun demikian, Eko mengemukakan, kondisi gelombang perairan di Laut Jawa dalam tiga hari ke depan diperkirakan berkisar 1,5 - 2 meter, sedangkan kecepatan angin sekitar 40 kilometer per jam.
Sementara itu, perairan selatan Jatim sedikit lebih tinggi yakni berkisar 1,5 - 2,5 meter, dengan kecepatan angin sekitar 45 kilometer per jam. Dengan kondisi seperti itu, masyarakat nelayan dan pelayaran harus lebih waspada.
"Apalagi, saat ini di selatan Banyuwangi juga terdapat pusat tekanan rendah yang bisa berimbas terhadap angin kencang dan meningkatnya curah hujan di pesisir selatan Jatim," katanya menambahkan.
Menyinggung kondisi cuaca secara umum di Jatim, ia mengemukakan bahwa curah hujan cukup tinggi dan merata. "Bahkan, angin puting beliung yang biasa terjadi pada awal musim hujan, juga bisa berpeluang terjadi di musim baratan," katanya.
Sebagian besar wilayah Jatim sudah masuk musim hujan pada November, sedangkan pada Desember potensi hujan lebat disertai angin kencang di wilayah ini cukup tinggi.