Rabu 07 Dec 2016 20:28 WIB

Bolivia Tangkap Pimpinan Maskapai Jatuhnya Tim Chapecoense

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Petugas pemakaman mengatur peti jenazah korban jatuhnya pesawat di hutan Kolumbia. Pesawat mengangkut sebagian besar tim bola Brazil, Chapecoense.
Foto: Reuters
Petugas pemakaman mengatur peti jenazah korban jatuhnya pesawat di hutan Kolumbia. Pesawat mengangkut sebagian besar tim bola Brazil, Chapecoense.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDELLIN - Pihak berwenang Bolivia menangkap pimpinan Maskapai Penerbangan Lamia, Gustavo Vargas, atas insiden kecelakaan pesawat yang menewaskan 76 orang, termasuk tim sepak bola Brasil, Chapecoense. Penahanan Vargas yang merupakan Jenderal Purnawirawan Angkatan Udara, merupakan bagian dari proses penyelidikan kecelakaan.

Pesawat Avro RJ85 buatan Inggris yang dioperasikan Maskapai Lamia, kehabisan bahan bakar saat mendekati Bandara Internasional Medellin, Kolombia, pada 28 November lalu. Dalam rekaman kotak hitam, pilot Miguel Quiroga mengatakan ia mendapat peringatan kegagalan listrik dan kekurangan bahan bakar.

Pesawat itu merupakan pesawat sewaan yang akan mengantarkan Tim Chapecoense ke Medellin untuk bertanding di laga final Copa Sudamericana melawan Atletico Nacional. Di dalamnya juga terdapat 21 wartawan yang ikut dengan rombongan tim.

Seorang pejabat Bolivia, Celia Castedo, mengaku telah memperingatkan Pilot Quiroga sebelum keberangkatan. Ia mengatakan, perjalanan panjang dari Cobija ke Medellin berada di luar batas jangkauan maksimum pesawat.

Castedo mengaku ia turut mendapat tekanan terkait kecelakaan itu. Kini ia tengah mencari suaka ke Brasil dan harus melalui proses selama satu tahun.

Menteri Pemerintah Bolivia, Carlos Romero, mendesak Pemerintah Brasil untuk tidak memberikan suaka kepada Castedo. "Apa yang telah dilakukan itu sangat serius. Ini merupakan cara dia untuk melarikan diri dari sistem peradilan," jelas Romero, dikutip BBC.

Dari enam penumpang yang selamat, salah satunya bernama Erwin Tumuri, awak pesawat. Ia mengemukakan, saat pesawat melakukan pengisian bahan bakar di Cobija, Bolivia, tidak ada peringatan kepada penumpang bahwa pesawat menghadapi masalah.

Maskapai Penerbangan Lamia sebelumnya bermarkas di Venezuela, sebelum pindah ke Bolivia. Maskapai ini hanya memiliki tiga pesawat yang hanya dioperasikan dua.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement