Rabu 07 Dec 2016 22:36 WIB

Soal Insiden di Kebaktian Sabuga, Ini Kata Azyumardi Azra

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Teguh Firmansyah
Prof. Dr. Azyumardi Azra
Foto: RMV
Prof. Dr. Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA - Kelompok agama diimbau untuk saling menenggang rasa dan juga saling menahan diri. Guru besar Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Prof Dr Azyumardi Azra, mengemukakan hal itu di Nusa Dua, Bali, Rabu (7/12).

Ia menjawab pertanyaan wartawan terkait insiden saat ibadah jelang hari raya Natal di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (6/12).

"Melaksanakan ajaran agama itu jangan terlalu menyala-nyala. Harus punya sensitivitas juga," kata Azyumardi di sela-sela acara Seminar Internasional tentang Islam, Demokrasi dan Tantangan Pluralisme dan Demokrasi. 

Azyumardi mengatakan, sikap beragama yang menyala-nyala, dapat memicu konflik dan bisa merugikan Indonesia.

Kegiatan itu dipertanyakan sejumlah warga masyarakat, terkait perizinan kegiatan acaranya.

Menurut Azyumardi, setiap orang boleh meyakini dan melaksanakan keyakinan agamanya. Hanya saja yang harus diingat tidak ada agama yang monolitik di dunia, apakah itu Islam dan juga Nasrani.

Di Indonesia sebut Azyumardi, gereja juga banyak, sementara Pendeta Stephen Tong yang memimpin Ibadah bertajuk Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), bukan dari Persekutuan Gereja Indonesia atau PGI. Perbedaan itu hendaknya diperhatikan juga, agar tidak memicu masalah.

"Kalau kita tidak sensitif, sikap seperti itu dapat menyinggung pihak luar atau pun dalam kelompok agama itu sendiri," kata Azyumardi.

Menurut Azyumardi, kasus yang terjadi di Gedung Sasana Budaya Ganesha Bandung sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia. Karena mata dunia internasional, akan mengamati Indonesia tekait masalah itu. "Kasus itu bisa membuat citra Indonesia buruk di mata internasional, karena kita tidak sensitif dan kurang punya tenggang rasa," katanya.

Baca juga,  Kronologi Pembubaran Kebaktian di Sabuga oleh Ormas.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement