Kamis 08 Dec 2016 13:02 WIB

Korban Meninggal Akibat Gempa Pidie Jaya Bertambah Jadi 102 Orang

Petugas mengoperasikan alat berat untuk mencari korban yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah toko (ruko) akibat gempa di Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).
Foto: Antara/Ampelsa
Petugas mengoperasikan alat berat untuk mencari korban yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah toko (ruko) akibat gempa di Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data terbaru jumlah korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo 6,4 skala Richter (SR) di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu (7/12) lalu sebanyak 102 orang.

"Ada kemungkinan akan bertambah karena tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian korban," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam konferensi pers perkembangan penanganan gempa Kabupaten Pidie Jaya di Jakarta, Kamis (8/12).

BNPB merilis data dampak gempa Kabupaten Pidie Jaya hingga Kamis pukul 06.00 WIB, di mana secara keseluruhan terdapat 102 orang meninggal dunia, 1 orang hilang, 136 orang luka berat, 616 orang luka ringan, dan 3.276 orang mengungsi.

Secara rinci, jumlah korban di Kabupaten Pidie Jaya yaitu 99 orang meninggal dunia (82 korban teridentifikasi), 128 orang luka berat, dan 489 orang luka ringan, 2.154 orang mengungsi di 11 titik di dua kecamatan (Meurah Dua dan Meureudu), dan 280 orang dirawat di empat rumah sakit (RS Sigil, RS Bireuen, RS Banda Aceh, dan RS Pidie Jaya).

Kemudian, jumlah korban di Kabupaten Bireuen yaitu 2 orang meninggal dunia, 8 orang luka berat, 127 orang luka ringan, dan 1.113 orang mengungsi di dua titik. Lalu di Kabupaten Pidie tercatat 1 orang meninggal dunia dan 1 orang masih dinyatakan hilang.

Sutopo mengatakan saat ini di lokasi terdampak gempa sudah terdapat tujuh unit ekskavator untuk membantu pencarian korban yang kemungkinan masih terjebak reruntuhan bangunan. "Alat berat didatangkan dari kabupaten-kabupaten terdekat menuju Pidie Jaya untuk dukungan operasi SAR. Namun ada beberapa wilayah yang tidak bisa dijangkau alat berat sehingga manual," kata dia.

BNPB juga menggunakan teknologi life detector untuk mencari dan mengidentifikasi kemungkinan adanya kehidupan di reruntuhan bangunan. "Apabila kami menemukan ada tanda-tanda kehidupan dalam reruntuhan, maka itulah yang akan kami prioritaskan," ucap Sutopo.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement