Kamis 08 Dec 2016 18:48 WIB

Pascagempa, Kementerian PUPR Upayakan Air Bersih di Pengungsian

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga yang berada di tempat pengungsian Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Warga yang berada di tempat pengungsian Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basoeki Hadimoeljono mengatakan, dalam kondisi darurat seperti pasca gempa di Aceh, yang paling penting adalah ketersediaan prasarana dan sarana air bersih juga sanitasi. Hal itu menjadi kebutuhan utama sehari-hari bagi para korban dan pengungsi.

"Kami sangat concern dengan air bersih terutama di tempat-tempat pengungsian," ujar dia saat meninjau kondisi pasca gempa di Aceh melalui siaran resmi, Kamis (8/12).

Ia melanjutkan, pihaknya akan manfaatkan instalasi pengolahan air minum (IPA) terdekat untuk menyuplai air bersih, khususnya ke posko pengungsian. Saat ini dari tiga IPA terdekat yang tersedia, satu IPA tetap berfungsi baik karena mengandalkan sistem gravitasi, tetapi dua IPA lainnya tidak dapat berfungsi karena gangguan listrik.

Basoeki bersama tim Tanggap Darurat Kementerian PUPR bertolak ke Banda Aceh pasa Rabu (7/12) malam. Mereka melihat langsung ke lapangan untuk identifikasi kerusakan dan mengambil langkah penanganan tanggap darurat. Setelah itu, tim akan menindaklanjuti dengan rehabilitasi dan rekonstruksi yang dibutuhkan masyarakat korban gempa bumi di tiga Kabupaten di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, yakni Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen.

Dalam kesempatan tersebut, Basoeki menyatakan, untuk memastikan jalur logistik berjalan lancar, termasuk makanan dan obat-obatan, pihaknya melalui Satgas Penangulangan Bencana telah mengirimkan sejumlah peralatan berat untuk membantu tanggap darurat gempa bumi di Aceh.

"Bantuan alat berat dimanfaatkan untuk membantu evakuasi terhadap korban bencana. Sejak kemarin sudah dikerahkan di Kabupaten Pidie Jaya berupa  2 ekcavator dan 1 W Loader yang diturunkan dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional I Aceh," ujar dia.

Sedangkan bantuan peralatan yang sudah berada di lokasi pengungsian berupa empat unit mobil tangki air kapasitas tangki masing-masing 6 ribu liter. Sementara untuk mengantipasi kekurangan sarana, saat ini sedang dalam perjalanan dari Depo Regional Medan lima unit mobil tangki air kapasitas 4 ribu liter,  70 unit Hidran Umum 2 ribu liter, 30 unit Hidran Umum 1000 liter dan MCK knockdown sebanyak 80 unit.

Dari hasil pengecekan awal di lapangan,  beberapa infrastruktur dilaporkan mengalami kerusakan diantaranya retak memanjang pada badan jalan Sta. 142+300 (Pante Raja) sepanjang 200 meter (m) dengan lebar 20 centimeter (cm) dan kedalaman 1,2 m, bahu jalan retak pada Sta 125 + 000 (Lueng Putu/Pidie Jaya), bahu jalan amblas sepanjang 300 m di Sta 129 + 000 arah Banda Aceh-Medan dan kerusakan pada oprit jembatan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement