REPUBLIKA.CO.ID, SWEDIA -- Menurut laporan dari Swedia, semakin banyak imigran Muslim yang meninggalkan ajaran agama mereka saat tiba di Eropa. Sebuah laporan di situs web berita Kurdi menerangkan, Imigran dari Iran adalah yang paling mungkin untuk meninggalkan agama mereka ketika pindah ke luar negeri. Tetapi Kurdi lainnya seperti Irak, Turki atau Suriah juga melakukan hal yang serupa.
“Saya meninggalkan agama saya ketika merasa dibebaskan sini," ujar seorang wanita Kurdi yang tinggal di Swedia seperti dilansir dailymail.co.uk, Kamis (8/12).
Alan, seorang Kurdi yang baru saja memperoleh kewarganegaraan Finlandia mengatakan ia tidak mengisi informasi agama pada kartu identitas anaknya. Menurutnya, sang anak dapat memutuskan sendiri keyakinan apa yang akan ia anut saat berusia 18 tahun.
Apakah ingin menjadi Muslim, kristen atau lainnya. Ia tidak akan memaksakan agama yang harus dianut anaknya. Menanggapi fenomena ini, asisten imam di sebuah masjid di Stockholm menjelaskan informasi yang diperoleh organisasi menyebutkan diaspora orang yang meninggalkan agama mereka saat tiba di Eropa lebih dikarenakan faktor finansial.
Sementara itu, organisasi humanis di Skandinavia telah membantah bahwa mereka memiliki peran dalam mengajak imigran berpindah keyakinan. Hans Enderman, seorang aktivis kemanusiaan mengatakan organisasi tidak bekerja untuk mendorong orang meninggalkan agama mereka.
Namun, organisasi bekerja pada sistem yang membatasi kebebasan individu dan memaksakan agama pada orang-orang. Pengguna media sosial menanggapi dengan beragam terkait fenomena ini. Ada yang berpendapat bahwa pilihan untuk meninggalkan agama bisa jadi dikarenakan semakin banyaknya insiden kejahatan yang terjadi terhadap muslim di dunia Barat.
Sehingga pilihan tersebut untuk melindungi diri dari perilaku diskriminatif. Pengguna lainnya mengaku ia berpindah keyakinan untuk memperoleh suaka lebih mudah. Namun ia tidak begitu benar-benar meninggalkan Islam. Hanya mengikuti proses administrasi saja.