REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Dua perempuan Rachael Laycock dan Vanessa Heuser sedang melakukan 14 maraton melintasi Pulau Tasmania, Australia selama 15 hari guna mengumpulkan dana bagi organisasi kesehatan mental sebesar 30 ribu dolar AS (sekitar Rp 300 juta).
Keduanya berharap proyek mereka bernama Run4Mind akan bisa mengumpulkan dana sebanyak itu yang akan disumbangkan ke berbagai organisasi selama maraton yang berlangsung dua pekan sejauh sekitar 600 kilometer.
Rachael Laycock mengatakan mereka memutuskan melakukan maraton, karena itu membantu mengatasi kesehatan mental yang mereka alami sendiri. "Namun yang paling utama adalah meningatkan kesadaran, dan juga kesehatan mental itu tidaklah mengubah kita, tidak membuat kita menjadi lebih buruk. Dan setiap orang yang kami temui, entah mereka sendiri atau mengetahui orang lain yang pernah mengalami hal ini," katanya.
Menurut organisasi kesehatan mental Beyond Bulue, sekitar satu juta warga Australia pernah didiagnosa menderita depresi dalam satu masa dalam kehidupan mereka, dan lebih dari dua juta orang menderita kecemasan. Baik Laycock, dan rekannya Heuser pernah menderita keduanya.
"Saya melakukan kegiatan lari untuk kesehatan mental saya sendiri," kata Heuser.
'Saya takut dilihat sebagai wanita gila'
Heuser pertama kali mendengar inisiatif Laycock mengenai Run4Mind tahun lalu, dan sejak itu dia pun tertarik memecahkan stigma yang sering dilekatkan pada masalah kesehatan mental. "Saya tidak suka dengan begitu banyaknya stigma yang menyelimuti kesehatan mental. Mungkin tantangan terbesar bagi saya adalah dari sisi pekerjaan, saya khawatir saya dilihat sebagai wanita gila," katanya.
Selama empat hari pertama mereka melakukan maraton, Heuser dan Laycock sudah mengalami berbagai tantangan. Mereka kebanyakan sudah berlari di jalur yang melewati semak, dan Laycock mengatakan kondisi jalan di Tasmania yang kadang berbukit dan berbatu membuat perjalanan tidaklah mudah.
"Saya pernah tersandung dan hampir jatuh ke sebuah jurang dan juga pernah tersandung batu yang tidak besar, sehingga tidak mengalami apa-apa. Saya senang kami bisa melakukan hal ini. Saya tahu banyak orang lainnya tidak memiliki kesempatan seperti ini."
"Kami memiliki kaki yang masih bisa digunakan, kami bisa berlari, kami bisa melakukan ini, kmai bisa meningkatkan kesadaran dan karena kami bisa, makanya kami akan melakukannya."