Jumat 09 Dec 2016 17:09 WIB

Anggota DPR: Mengapa WN Cina Menanam Cabai di Bogor?

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Pemusnahan bibit dan tanaman cabai ilegal yang mengandung bakteri, Instalasi Karantina Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta, Kamis (8/12).
Foto: Republika/Crystal Liestia Purnama
Pemusnahan bibit dan tanaman cabai ilegal yang mengandung bakteri, Instalasi Karantina Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta, Kamis (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay mempertanyakan motif warga negara Cina menanam cabai di Indonesia. Apalagi, benih yang ditanam itu mengandung bakteri mematikan buat tanaman lain.

"Anehnya lagi, bibit cabai itu dibawa oleh TKA (tenaga kerja asing) dari Cina. Apa maksud mereka menanam cabai yang mengandung bakteri berbahaya di Bogor?,” tanya Saleh.

Menurutnya masih banyak pertanyaan lain yang harus dijawab. Ia pun merasa baru kali ini ada kejadian seperti itu.

Ia meminta pemerintah dan pihak kepolisian menindaklanjuti temuan tersebut. Temuan ini harus ditelusuri sampai tuntas. Para pelaku dan oknum di belakangnya perlu dimintai keterangan. 

Sebelumnya, benih dan tanaman cabai, bawang daun, dan sawi hijau yang dibawa dan ditanam oleh warga negara Cina dimusnahkan. Pemusnahan dua kilogram benih cabai, 5.000 batang tanaman cabai dan satu kilogram benih bawang daun dan sawi hijau dilakukan dengan cara dibakar dengan incinerator di Instalasi Karantina Hewan Kantor Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta.

Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Antarjo Dikin menyebutkan, Kantor Imigrasi telah kecolongan atas kegiatan berbahaya tersebut.

Mengingat bibit dan tanaman itu membawa bakteri yang belum pernah ada di Indonesia dan belum bisa diberikan perlakuan apa pun terhadap tanaman yang terindikasi.

Baca juga,  Yusril Duga Warga Cina yang Tanam Cabai Berbakteri Bukan Petani Biasa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement