REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) menargetkan penandatanganan joint venture dengan PT Saudi Aramco dalam merevitalisasi kilang Cilacap pada akhir 2016. Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan kedua pihak telah menemukan kata sepakat untuk kerja sama lanjutan.
"Jadi dengan Saudi Aramco kita sudah punya titik temu dalam perundingan mengenai joint venture, diharapkan bisa kita tanda tangani akhir Desember (2016)," kata Dwi di Cilacap, Sabtu (10/12).
Ia menerangkan saat ini kerja sama tersebut tinggal mengurus administrasi penandatanganan joint venture tersebut. Langkah selanjutnya akan dilakukan feasebility study yakni pengujian kelayakan implementasi bisnis ini.
"Harapannya selesai di Januari atau Februari (2017), kemudian kita lanjutkan ke basic engineering design, ini paralel juga, nanti setelah itu Front and Engineering Desain, diharapkan di akhir 2017, kita sudah groundbreaking," tuturnya menjelaskan.
Dwi menerangkan, nilai investasi dari proyek ini sekitar 5,5 juta dolar AS. Pembagiannya 55 persen dan 45 persen untuk Pertamina dan SA. Proyek ini ditargetkan rampung pada 2022.
Proyek revitalisasi Kilang Cilacap merupakan salah satu dari empat kilang dalam Refinery Development Master Plan (RDMP) yang tengah dijalankan Pertamina. Tiga kilang lainnya adalah Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur, Kilang Dumai di Riau, dan Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat. Sementara itu, Kilang Plaju Sungai Gerong di Sumatera Selatan akan menjadi proyek selanjutnya. Kilang Cilacap bernilai strategis karena menjadi pemasok 34 persen kebutuhan BBM nasional atau 60 persen kebutuhan BBM di Pulau Jawa.